Trump Akui Kesulitan Berunding dengan Xi Jinping di Tengah Perseteruan Tarif Impor
markdown Perseteruan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali menjadi sorotan, di mana mantan Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan tantangan dalam bernegosiasi dengan Presiden China, Xi Jinping. Melalui platform media sosialnya, Trump menyatakan bahwa meskipun ia menghormati Xi Jinping, ia mengakui kesulitan yang signifikan dalam mencapai kesepakatan terkait kebijakan tarif impor.
"Saya menyukai Presiden Xi dari China, selalu begitu, dan akan selalu begitu, tetapi dia sangat tangguh, dan sangat sulit untuk berunding," ujar Trump, seperti dikutip dari Reuters.
Ketegangan perdagangan antara kedua negara adidaya ini telah berlangsung selama beberapa waktu, dengan berbagai upaya negosiasi yang dilakukan untuk meredakan konflik. Namun, pernyataan Trump mengindikasikan bahwa perbedaan pendapat yang mendasar masih menjadi penghalang utama untuk mencapai solusi yang komprehensif.
Selain itu, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump sebelumnya juga menghadapi tantangan hukum di dalam negeri. Pengadilan perdagangan AS telah memutuskan bahwa Trump melampaui kewenangannya dalam mengenakan tarif impor yang luas, tidak hanya kepada China tetapi juga kepada banyak mitra dagang lainnya.
Sebelumnya, Trump telah mengajukan banding atas putusan pengadilan terkait kebijakan tarif impor, dengan alasan bahwa putusan tersebut dapat membahayakan negosiasi perdagangan dengan negara lain. Putusan pengadilan menyatakan bahwa presiden telah melampaui kewenangannya dengan mengenakan tarif impor yang besar.
Pengadilan Perdagangan Internasional AS di Manhattan pertama kali menyatakan tarif Trump ilegal pada 28 Mei. Pengadilan federal di Washington, D.C. menindaklanjutinya dengan putusan kedua keesokan harinya, yang juga menyatakan bahwa tarif tersebut melampaui kewenangan presiden berdasarkan Undang-Undang (UU) Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Tujuan keberadaan UU ini untuk mengatasi ancaman yang tidak biasa dan luar biasa selama keadaan darurat nasional.
Situasi ini semakin memperumit upaya untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan antara AS dan China, serta menimbulkan pertanyaan tentang masa depan hubungan ekonomi kedua negara. Dampak dari perang dagang ini dirasakan secara global, mempengaruhi rantai pasokan, harga konsumen, dan pertumbuhan ekonomi. Sementara negosiasi terus berlanjut, tantangan yang dihadapi oleh kedua belah pihak tetap signifikan, dan prospek penyelesaian yang cepat masih belum pasti.