IHSG Sentuh Level 7.100, Rupiah Terus Menanjak di Tengah Sentimen Global
markdown Pada pembukaan perdagangan hari Kamis (5/6/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa positif dengan menembus level psikologis 7.100. Penguatan ini sejalan dengan tren positif yang dialami mata uang Rupiah di pasar spot. Data dari RTI menunjukkan bahwa pada pukul 09.02 WIB, IHSG berada di posisi 7.100, mengalami kenaikan sebesar 31,68 poin atau 0,45 persen dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di level 7.069,03. Aktivitas perdagangan pagi ini didominasi oleh sentimen positif, dengan 206 saham mencatatkan kenaikan, sementara 145 saham mengalami penurunan, dan 207 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 796,69 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 1,06 miliar saham.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa perubahan perspektif pasar dipicu oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS). ISM Service Index, indikator aktivitas bisnis sektor jasa AS, mengalami penurunan dari 51,6 menjadi 49,9. Penurunan pertama dalam setahun terakhir ini disebabkan oleh penurunan permintaan akibat tekanan peningkatan harga dan dampak kebijakan tarif bea masuk yang diterapkan sebelumnya. Data ekonomi ini meningkatkan harapan pelaku pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed, sebesar 25-50 basis poin pada tahun ini, antara bulan September hingga Desember. Dari analisis teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas melihat potensi penguatan terbatas pada IHSG dengan level support dan resistance di kisaran 7.000–7.160.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, mengamati bahwa IHSG membentuk struktur uptrend pada timeframe yang lebih rendah dan berpotensi menguji area resisten 7.115-7.144, dengan potensi kenaikan lanjutan menuju 7.216 jika berhasil menembus level 7.144. Level support IHSG berada di 7.041, 6.994, 6.929, dan 6.811, sedangkan level resistennya di 7.115, 7.144, 7.181, dan 7.216. Indikator MACD menunjukkan momentum bearish. Pergerakan bursa kawasan Asia juga bervariasi, dengan Strait Times naik 0,04 persen, Shanghai Composite turun 0,09 persen, Nikkei turun 0,21 persen, dan Hang Seng naik 0,74 persen.
Di pasar valuta asing, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menunjukkan penguatan. Data Bloomberg mencatat pada pukul 09.15 WIB, Rupiah berada pada level Rp 16.274 per Dolar AS, menguat 0,13 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.295 per Dolar AS. Ariston Tjendra, Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, mengaitkan penguatan Rupiah dengan data PMI sektor jasa AS bulan Mei versi ISM yang menunjukkan kontraksi pertama dalam 11 bulan terakhir, mengindikasikan dampak negatif kebijakan tarif. Pelaku pasar semakin berhati-hati dengan prospek ekonomi AS, yang membuka ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS. Data tenaga kerja AS, terutama data Non Farm Payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, menjadi fokus perhatian pasar. Data Non Farm Payrolls AS versi ADP bulan Mei menunjukkan penambahan pekerjaan di bawah ekspektasi pasar, yaitu hanya 37.000 dibandingkan ekspektasi 111.000, yang berpotensi memberikan tekanan pada Dolar AS. Ariston memproyeksikan potensi penguatan Rupiah terhadap Dolar AS menuju level 16.200, dengan potensi resisten di kisaran 16.300.