Masjid Nabawi: Transformasi dari Bangunan Sederhana Menjadi Ikon Arsitektur Islam yang Megah
Masjid Nabawi, selain Ka'bah di Makkah, menjadi tujuan utama ziarah bagi umat Muslim. Masjid ini memegang kedudukan istimewa karena di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad SAW.
Sejarah Awal dan Pembangunan Sederhana
Masjid Nabawi didirikan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya. Pada awalnya, bangunan masjid sangat sederhana dengan ukuran sekitar 30 meter x 35 meter. Dindingnya terbuat dari lumpur yang dicampur batu, dan atapnya menggunakan batang serta cabang pohon kurma. Atap ini hanya menutupi sebagian area masjid, memberikan perlindungan dari panas matahari.
Perluasan dan Renovasi Sejarah
Seiring berjalannya waktu, Masjid Nabawi mengalami serangkaian perluasan dan renovasi signifikan. Pada masa kekhalifahan Umar dan Utsman RA, dilakukan renovasi besar-besaran untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang semakin meningkat. Pada tahun 707 Masehi, Khalifah Umayyah al-Walid ibn 'Abd al-Malik mengambil langkah berani dengan merobohkan bangunan lama dan membangun masjid baru yang lebih luas. Pada saat ini, makam Nabi Muhammad SAW juga diintegrasikan ke dalam kompleks masjid. Area antara makam Nabi SAW dan mimbarnya dikenal sebagai Riyad al-Jannah, yang diyakini sebagai taman surga di mana doa-doa dikabulkan.
Selanjutnya, pada periode Abbasiyah, tepatnya antara tahun 775 M hingga 785 M, penguasa al-Mahdi kembali memperluas Masjid Nabawi dengan menambahkan 20 pintu tambahan, meningkatkan aksesibilitas bagi para peziarah. Titik penting lainnya dalam sejarah masjid adalah pendirian kubah pertama di atas makam Nabi Muhammad SAW pada tahun 1279 M, selama pemerintahan Sultan Mamluk. Awalnya, kubah ini terbuat dari kayu tanpa warna, kemudian dicat putih dan biru, dengan dominasi warna biru tua yang merupakan warna favorit masyarakat Arab pada masa itu.
Bencana Kebakaran dan Pembangunan Kembali
Pada tahun 1481 M, kebakaran besar melanda dan menghancurkan sebagian besar masjid, termasuk kubah kayu di atas makam Nabi. Sultan Qa'itbay kemudian mengganti struktur kayu dengan struktur bata yang lebih kokoh, sebagai upaya untuk mencegah keruntuhan di masa mendatang.
Pada tahun 1818 M, Sultan Ottoman Mahmud II menambahkan kubah berwarna hijau di atas kubah yang telah dibangun oleh Qa'itbay. Warna hijau ini bertujuan untuk membedakan makam Nabi dari kubah-kubah lain yang berwarna perak. Pengecatan hijau pertama kali dilakukan pada tahun 1837 dan dipertahankan hingga saat ini, menjadi ciri khas ikonik Masjid Nabawi.
Kontroversi Warna Kubah
Pada tahun 2007, muncul kontroversi ketika pemerintah Saudi mencoba mengecat kubah menjadi warna perak agar seragam dengan kubah lainnya. Namun, tindakan ini memicu reaksi keras dari warga Madinah, yang khawatir bahwa hal itu merupakan upaya untuk mengubah identitas masjid. Protes pun terjadi, mencerminkan betapa pentingnya Masjid Nabawi bagi masyarakat setempat dan umat Islam secara keseluruhan.
Masjid Nabawi terus menjadi pusat spiritual dan arsitektur yang menakjubkan. Transformasinya dari bangunan sederhana menjadi kompleks megah mencerminkan dedikasi dan cinta umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW dan warisannya.