Sindrom Stevens-Johnson: Ancaman Tersembunyi di Balik Gejala Mirip Flu
Sindrom Stevens-Johnson (SJS) merupakan kondisi langka namun serius yang menyerang kulit dan selaput lendir. Penyakit ini berpotensi mengancam jiwa, dan seringkali diawali dengan gejala ringan yang menyerupai flu biasa, sehingga kerap diabaikan. Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai SJS, mengingat komplikasi yang dapat ditimbulkannya.
SJS ditandai dengan ruam, lepuh, dan pengelupasan kulit yang menyakitkan. Selaput lendir seperti mata, mulut, dan alat kelamin juga dapat terpengaruh. Menurut data dari Cleveland Clinic, sekitar 10% kasus SJS berakibat fatal akibat komplikasi serius seperti pneumonia, sepsis, dan kegagalan organ.
Gejala Awal yang Menyesatkan
Seringkali, SJS dipicu oleh reaksi terhadap obat-obatan tertentu. Gejala awal dapat muncul dalam 1 hingga 3 minggu setelah mengonsumsi obat tersebut, atau bahkan setelah berhenti mengonsumsinya. Gejala awal ini seringkali menyerupai flu biasa, meliputi:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Kelelahan
- Sakit badan
- Batuk
Karena kemiripannya dengan flu, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mungkin menderita SJS.
Gejala pada Selaput Lendir
Seiring perkembangan penyakit, gejala SJS mulai menyerang selaput lendir. Mata adalah area yang paling sering terkena, tetapi gejala juga dapat muncul di alat kelamin, saluran pernapasan, dan tenggorokan. Gejala pada selaput lendir meliputi:
- Rasa terbakar atau perih di mata
- Mata belekan
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Sakit saat buang air kecil
- Sesak napas
- Luka atau lepuh di dalam mulut
- Kesulitan menelan
Ruam Khas pada SJS
Ruam kulit merupakan gejala khas SJS yang biasanya muncul 1 hingga 3 hari setelah gejala awal lainnya. Ruam ini dapat berubah-ubah tampilan dan lokasinya dari hari ke hari, tetapi umumnya mengikuti pola perkembangan tertentu:
- Awalnya muncul di dada bagian atas, wajah, serta tangan dan kaki.
- Tampak seperti bintik-bintik merah, keunguan, atau kecoklatan dengan berbagai ukuran.
- Bintik-bintik tersebut kemudian menjadi lebih gelap di bagian tengah dan lebih terang di bagian tepinya, membentuk lesi "target".
- Dalam hitungan jam hingga hari, ruam menyebar ke bagian tubuh lainnya, terutama perut, lengan, dan kaki.
- Saat menyebar, bintik-bintik merah menyatu dan membentuk lepuh berisi cairan.
- Lepuh akhirnya pecah dan kulit mengelupas, meningkatkan risiko infeksi.
Kondisi ini dapat sangat menyakitkan, terutama saat kulit mulai melepuh. SJS dikategorikan berdasarkan persentase area tubuh yang terkena lepuhan. Jika lepuhan mempengaruhi kurang dari 10% permukaan tubuh, itu disebut SJS. Jika lebih dari 30%, kondisinya disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN).
Komplikasi SJS yang Berbahaya
Jika tidak diobati dengan tepat, SJS dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk:
- Dehidrasi dan malnutrisi akut
- Syok dan kegagalan organ
- Masalah pada darah (tromboemboli, koagulasi intravaskular diseminata, sepsis)
- Gangguan saluran cerna (ulserasi gastrointestinal)
- Nekrolisis (kematian jaringan tubuh)
- Striktur (penyempitan saluran atau organ tubuh)
- Masalah pada kulit (infeksi sekunder, jaringan parut)
- Gangguan paru-paru (pneumonia, gagal napas)
- Masalah pada mata (ulserasi kornea, uveitis anterior, kebutaan)
- Stenosis vagina dan jaringan parut penis
- Gangguan ginjal (nekrolisis tubular ginjal, cedera ginjal akut)
Komplikasi pada mata sangat umum terjadi dan seringkali bersifat jangka panjang, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Lebih dari 50% penderita SJS mengalami komplikasi yang memengaruhi penglihatan mereka.
Prognosis dan Pemulihan
Banyak penderita SJS dapat selamat dari penyakit ini, tetapi angka kematian keseluruhan tetap mencapai 10%. Prognosis sangat bergantung pada penanganan yang tepat dan pencegahan komplikasi. Proses pemulihan dapat bervariasi, dengan pertumbuhan kembali kulit yang memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, terutama pada kasus yang parah.
Beberapa reaksi jangka panjang yang mungkin terjadi meliputi:
- Kulit kering, gatal, dan berubah warna
- Mata bengkak, kering kronis, iritasi kronis, kesulitan melihat, sensitif terhadap cahaya
- Keringat berlebihan
- Kerusakan paru-paru, penyakit paru obstruktif menahun, dan asma
- Kehilangan atau kelainan kuku
- Rambut rontok (alopecia)
- Selaput lendir kering
- Sindrom kelelahan kronis
- Indra perasa kurang sensitif
SJS dapat kambuh jika penderita terpapar kembali pada obat yang memicu kondisi tersebut. Episode kedua biasanya lebih parah daripada yang pertama. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi pemicu SJS dan menghindarinya sepenuhnya.