Era Kejayaan Telah Usai: Pertokoan Kranji Berjuang di Tengah Sepinya Pembeli
Bekasi, Jawa Barat - Pertokoan Kranji, yang dahulu dikenal sebagai pusat perbelanjaan yang ramai di Bekasi, kini menghadapi kenyataan pahit. Para pedagang di kawasan ini merasakan dampak signifikan dari penurunan drastis jumlah pembeli, mengubah suasana yang dulunya hiruk pikuk menjadi sunyi dan sepi.
Edi, seorang pedagang pakaian yang telah berjualan di Pertokoan Kranji sejak tahun 1987, mengenang masa kejayaan kawasan ini. Menurutnya, pada era 1990-an hingga awal 2000-an, Pertokoan Kranji menjadi tujuan utama belanja bagi warga dari berbagai wilayah, mulai dari Kota Harapan Indah hingga Babelan. Lokasi strategis menjadi daya tarik utama, menarik pembeli dari berbagai kalangan.
"Dulu ramai sekali di sini. Orang-orang dari Harapan Indah sampai Babelan semua belanja di sini," ungkap Edi, menggambarkan betapa ramainya Pertokoan Kranji pada masa lalu. Keramaian ini mendorong renovasi besar-besaran pada tahun 2007, mengubah kawasan tersebut menjadi pertokoan modern yang mampu menampung lebih banyak pedagang dan pembeli. Bahkan setelah renovasi, semua toko terisi penuh, menunjukkan betapa tingginya permintaan ruang usaha di kawasan tersebut.
Namun, kejayaan Pertokoan Kranji tidak berlangsung selamanya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya e-commerce, perlahan tapi pasti, pembeli mulai meninggalkan toko-toko fisik dan beralih ke platform online. Penurunan jumlah pengunjung semakin terasa dari waktu ke waktu, hingga akhirnya Pertokoan Kranji menjadi sepi seperti sekarang.
"Dulu capek melayani pembeli, sekarang capek duduk saja," keluh Edi, menggambarkan perubahan drastis yang dialaminya. Ia menambahkan bahwa saat ini, hanya sedikit orang yang melintas di depan tokonya, apalagi yang berniat untuk berbelanja.
Kisah serupa juga diungkapkan oleh Julia, seorang pedagang perabot rumah tangga yang telah berjualan di Pertokoan Kranji sejak tahun 1986. Ia mengakui bahwa kondisi saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan masa-masa awal ia membuka toko. Bahkan, menurutnya, berjualan di Pertokoan Kranji saat pandemi Covid-19 masih lebih baik daripada sekarang.
"Saat pandemi masih mending, masih ada yang beli. Setelah pandemi malah semakin sepi. Paling yang datang cuma pelanggan lama, itu pun jarang," jelas Julia, menggambarkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi para pedagang di Pertokoan Kranji saat ini.
Para pedagang di Pertokoan Kranji kini hanya bisa berharap agar ada perubahan yang dapat menghidupkan kembali kawasan ini. Mereka menyadari bahwa persaingan dengan e-commerce sangat berat, namun mereka tetap berusaha untuk bertahan dan mencari cara agar tetap bisa menarik pembeli. Masa depan Pertokoan Kranji masih belum pasti, namun semangat para pedagang untuk terus berjuang patut diacungi jempol.