Dari Impian di Tempat Parkir Hingga Imperium Ayam Pedas: Kisah Sukses Dave's Hot Chicken

Arman Oganesyan, seorang pemuda tanpa pengalaman bisnis kuliner, memulai perjalanan bisnisnya dengan berjualan ayam goreng pedas di sebuah tempat parkir di Los Angeles. Dengan modal awal hanya 900 dolar AS, atau sekitar Rp14,6 juta, dia menggandeng dua teman masa kecilnya, Dave Kopushyan dan Tommy Rubenyan, untuk mewujudkan impiannya. Lahirlah Dave's Hot Chicken pada tahun 2017.

Pada awalnya, ide Oganesyan sempat ditolak oleh Kopushyan yang memiliki latar belakang kuliner yang lebih mapan. Namun, berkat kegigihan Oganesyan, Kopushyan akhirnya setuju untuk bergabung. Mereka bertiga mulai meracik resep ayam goreng pedas yang terinspirasi dari restoran populer Howlin' Ray's. Proses ini melibatkan eksperimen yang intensif, termasuk mencoba berbagai kombinasi rasa dan teknik memasak. Bahkan, mereka sempat mencoba menggunakan gummy bear dalam resep mereka. Sebuah penemuan tak terduga terjadi ketika mereka secara tidak sengaja menggunakan air acar sebagai bahan rendaman ayam.

Karena keterbatasan modal, mereka membuka lapak di area parkir kawasan East Hollywood. Peralatan yang mereka gunakan sangat sederhana: sebuah penggorengan murah, lampu penghangat kentang goreng, dan meja pinjaman. Pada malam pertama, mereka hanya berhasil menjual empat porsi ayam. Namun, berkat ulasan positif dari kritikus kuliner Eater Los Angeles, Farley Elliott, bisnis mereka mulai melesat. Dalam beberapa bulan, mereka berhasil menjual habis stok ayam setiap malam dan menghasilkan ribuan dolar. Pada akhir bulan kedua, mereka dapat membayar diri sendiri dengan masing-masing menerima sekitar 10.000 dolar AS.

Kesuksesan awal ini mendorong mereka untuk membuka gerai pertama dengan bantuan saudara Tommy, Gary Rubenyan. Pada tahun 2019, Dave's Hot Chicken mulai menarik perhatian investor besar, termasuk Bill Phelps, aktor Samuel L. Jackson, pembawa acara Michael Strahan, produser film John Davis, dan pemilik klub bisbol Red Sox, Tom Werner. Dengan investasi yang signifikan, mereka membawa Dave's Hot Chicken ke jalur waralaba. Di bawah kepemimpinan CEO Bill Phelps, jaringan restoran ini berkembang pesat hingga mencapai Kanada, Inggris, dan Timur Tengah.

Pada tahun 2024, Dave's Hot Chicken mencatat penjualan lebih dari 600 juta dolar AS di Amerika Serikat saja. Angka itu melonjak 57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan menargetkan penjualan mencapai 1,2 miliar dolar AS tahun ini. Kesuksesan ini menarik minat firma investasi Roark Capital untuk mengakuisisi mayoritas saham Dave's Hot Chicken. Nilai akuisisi ini mencapai hampir 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 16 triliun. Meski demikian, Oganesyan, Kopushyan, dan kakak-adik Rubenyan tetap mempertahankan saham minoritas dan akan melanjutkan peran mereka di perusahaan.

Kisah Dave's Hot Chicken adalah contoh nyata bagaimana ide sederhana dan kerja keras dapat mengubah bisnis kecil menjadi sebuah imperium yang bernilai triliunan rupiah.