Jusuf Kalla Soroti Tingginya Angka Pengangguran Insinyur di Indonesia
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, menyampaikan keprihatinannya atas tingginya angka pengangguran di kalangan insinyur di Indonesia. Pernyataan ini muncul setelah melihat langsung antusiasme para pencari kerja pada sebuah job fair di Bekasi, Jawa Barat.
"Saya mendapat informasi bahwa job fair tersebut diperkirakan hanya akan dihadiri oleh dua ribu orang. Namun, ternyata ada 25 ribu orang dari wilayah Bekasi saja yang datang untuk mencari pekerjaan, dan situasinya menjadi sangat ramai," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara wisuda di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, seperti dikutip dari kanal YouTube Unhas TV pada Kamis (5/6/2025).
Peristiwa ini menjadi sorotan setelah sebelumnya viral video yang memperlihatkan kericuhan saat job fair yang diselenggarakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi pada Selasa (27/5/2025). Membludaknya jumlah pencari kerja menjadi penyebab utama kekacauan tersebut. Kalla menekankan bahwa kesempatan kerja yang tersedia saat ini sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah lulusan teknik yang mencari pekerjaan.
Lebih lanjut, Jusuf Kalla, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), berbagi pengalaman terkait proses rekrutmen insinyur di perusahaannya, PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK). Ia mengungkapkan bahwa jumlah lowongan yang tersedia untuk lulusan teknik sangat sedikit, berbanding terbalik dengan jumlah pelamar yang sangat besar.
"Perusahaan kami, Bukaka, hanya mencari sekitar 20 insinyur baru untuk proyek-proyek yang terbatas. Namun, jumlah pelamar mencapai 23 ribu insinyur," jelasnya.
Menurut Jusuf Kalla, kesulitan yang dihadapi para insinyur dalam mencari pekerjaan merupakan dampak dari situasi ekonomi global yang sedang tidak stabil. Ia mengamati bahwa masalah serupa juga terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini berarti ada begitu banyak insinyur yang belum mendapatkan pekerjaan. Begitu banyak insinyur, yang merupakan harapan kita semua, telah menyelesaikan pendidikan tetapi kesulitan mendapatkan pekerjaan karena situasi dunia yang sulit. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia," ungkapnya.
Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 2.671 insinyur per 1 juta penduduk. Menurut Ketua Badan Pelaksana Pengembangan Program Profesi Insinyur UMY, Prof. Ir. Asep Kurnia Permadi, jumlah ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
"Jika kita bandingkan dengan negara lain, angka kita sangat kecil, bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga sekalipun," ujarnya seperti dilansir dari laman UMY pada Kamis (5/6/2025).
Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki 3.333 insinyur per 1 juta penduduk, Thailand memiliki 4.121, dan Vietnam memiliki 9.037.
Mantan Wakil Presiden RI lainnya, KH Ma'ruf Amin, sebelumnya juga pernah menyampaikan bahwa Indonesia masih membutuhkan setidaknya 300 ribu hingga 1 juta insinyur. Menurut perhitungan Asep, saat ini terdapat 49 Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPII).
"Maka jika dilihat dari jumlah di atas, Indonesia perlu meningkatkan jumlah insinyurnya. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah insinyur di Indonesia adalah dengan mendorong lebih banyak sarjana teknik untuk mengikuti Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPII)."
Sebelumnya, pemerintah melalui Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang berada di bawah Kemenristekdikti memberikan mandat kepada 40 perguruan tinggi baik nasional maupun swasta untuk menyelenggarakan Program Profesi Insinyur.