Mengagungkan Nama Allah: Panduan Lengkap Takbir Idul Adha, Lafal, Waktu, dan Maknanya

Mengumandangkan Takbir: Tradisi Luhur di Hari Raya Kurban

Menggemakan takbir merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Adha. Kalimat-kalimat agung ini, yang membesarkan nama Allah SWT, menggema di seluruh dunia, menyatukan umat Muslim dalam semangat pengabdian dan syukur. Takbir bukan sekadar ucapan, melainkan juga ungkapan keimanan yang mendalam, mengingatkan setiap Muslim akan kebesaran Sang Pencipta dan pentingnya pengorbanan.

Waktu yang Tepat untuk Bertakbir

Dalam tradisi Islam, takbir Idul Adha terbagi menjadi dua jenis: takbir muqayyad dan takbir mursal.

  • Takbir Muqayyad: Takbir ini memiliki waktu khusus, yaitu setelah melaksanakan shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Waktunya dimulai sejak setelah shalat Subuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu Ashar di akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). Pendapat ini didasarkan pada pandangan ulama besar, Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'I, dalam kitab Fathul Qarib Al-Mujib.
  • Takbir Mursal: Takbir ini tidak terikat dengan waktu shalat. Artinya, takbir ini dapat dilantunkan kapan saja, tanpa harus menunggu selesai shalat. Waktu dimulainya takbir mursal adalah sejak terbenamnya matahari pada malam Id hingga imam memulai takbiratul ihram shalat Id, baik pada Idul Fitri maupun Idul Adha.

Dengan demikian, takbir pada malam Idul Fitri termasuk dalam kategori takbir mursal, sedangkan takbir yang dikumandangkan pada Idul Adha dapat dikategorikan sebagai takbir muqayyad jika dilafalkan setelah shalat dalam rentang waktu lima hari (9-13 Dzulhijjah). Namun, jika takbir dilantunkan pada malam Hari Raya Idul Adha, maka termasuk juga dalam kategori takbir mursal. Ini berarti, takbiran Idul Adha dapat mencakup baik takbir mursal maupun takbir muqayyad.

Lafal Takbir yang Dianjurkan

Ada beberapa lafal takbir yang dianjurkan untuk dikumandangkan pada Idul Adha. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Lafal Takbir Pertama:

    اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

    Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.

    Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar."

    Lafal ini dapat ditambah dengan zikir yang pernah diucapkan Rasulullah SAW di bukit Shafa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:

    اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

    Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.

    Artinya: "Allah Maha Besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar."

  2. Lafal Takbir Kedua:

    اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

    Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.

    Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya."

  3. Lafal Takbir Ketiga:

    Sebagian ulama mazhab As-Syafi'i menambahkan lafal takbir berdasarkan pandangan Imam As-Syafi'i pada qaul qadim:

    اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا اللهُ اَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا وَالحَمْدُ للهِ عَلَى مَا أَوْلَانَا وَأَبْلَانَا

    Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, Allāhu akbar 'alā mā hadānā, wal hamdu lilāhi 'alā mā awlānā wa ablānā.

    Artinya: "Allah Maha Besar, segala puji yang banyak bagi Allah. Allah maha besar atas hidayah-Nya kepada kita. Segala puji bagi Allah atas nikmat dan ujian-Nya untuk kita."

Dengan mengumandangkan takbir, umat Muslim tidak hanya merayakan Idul Adha, tetapi juga memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.