BTN Optimistis Hadapi Dinamika Suku Bunga KPR dengan Strategi Mitigasi NPL
Bank Tabungan Negara (BTN) menunjukkan kesiapan dalam menghadapi fluktuasi suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan dampaknya terhadap nasabah. Meskipun suku bunga KPR, khususnya yang berbasis floating rate, berpotensi mengalami penyesuaian seiring dengan kebijakan moneter, BTN mengklaim bahwa hingga saat ini belum menerima keluhan signifikan dari para debitur.
Menurut Corporate Secretary BTN, Ramon Armando, bank telah secara proaktif mengkomunikasikan kepada nasabah mengenai mekanisme perubahan suku bunga, terutama bagi mereka yang menikmati promo fixed rate di awal masa kredit. Pemberitahuan mengenai perubahan cicilan disampaikan sebulan sebelum masa promo berakhir, memberikan waktu bagi nasabah untuk mempersiapkan diri.
BTN memproyeksikan bahwa tren penurunan suku bunga KPR akan mulai terasa dalam 6 hingga 12 bulan mendatang. Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter secara global, termasuk potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia (BI). BI sendiri telah menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,50 persen pada Mei 2025, yang diharapkan akan diikuti oleh penurunan suku bunga KPR dengan jeda waktu tertentu.
Saat ini, portofolio KPR BTN didominasi oleh skema fixed rate, terutama karena sebagian besar berasal dari KPR Subsidi yang memang menetapkan suku bunga tetap selama masa subsidi. Sementara itu, KPR Non-Subsidi atau komersial lebih fleksibel dengan skema floating rate yang mengikuti pergerakan suku bunga pasar.
Untuk memitigasi risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL), BTN menerapkan sistem peringatan dini (early warning system) yang memantau riwayat pembayaran nasabah. Sistem ini memungkinkan BTN untuk mendeteksi potensi gagal bayar sejak dini dan mengambil langkah-langkah penanganan yang diperlukan.
Selain itu, BTN menawarkan program refinancing bernama Kredit Agunan Rumah (KAR). Program ini memungkinkan debitur untuk menjaminkan properti mereka guna memperoleh dana segar yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan konsumtif, seperti renovasi rumah, biaya pendidikan, atau keperluan lainnya.
BTN berharap regulator dapat memberikan insentif untuk mendorong pertumbuhan pasar KPR, seperti pelonggaran rasio Loan to Value (LTV), penurunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), atau subsidi bunga lanjutan. Insentif ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat, memperluas akses terhadap perumahan, dan mendorong pertumbuhan kredit perumahan secara berkelanjutan.
Pertumbuhan KPR BTN dari 2023 hingga kuartal I-2025 menunjukkan tren positif. KPR subsidi tumbuh stabil di kisaran 7,5 hingga 7,6 persen per tahun, sementara KPR non-subsidi tumbuh lebih agresif di kisaran 8,1 sampai 10,2 persen. Pertumbuhan ini mencerminkan permintaan yang kuat di semua segmen pasar dan efektivitas strategi BTN dalam memperluas akses pembiayaan perumahan.
-
Daftar program yang ditawarkan BTN:
- Kredit Agunan Rumah (KAR)
-
Insentif yang diharapkan oleh BTN:
- Pelonggaran rasio Loan to Value (LTV)
- Penurunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
- Subsidi bunga lanjutan