Pengalaman Haji 2025: Adaptasi di Tengah Transformasi Sistem Syarikah
Perjalanan haji tahun 2025 menghadirkan pengalaman yang berbeda, terutama dalam adaptasi terhadap sistem syarikah yang baru diterapkan. Setelah menunaikan umrah wajib pada dini hari tanggal 31 Mei (Waktu Arab Saudi), seorang jemaah haji dari Kloter 26 KJT merefleksikan perbandingan antara pengalaman haji sebelumnya dengan perubahan yang terjadi saat ini.
Pelaksanaan umrah berjalan lancar, tanpa pemeriksaan berarti di area Masjidil Haram, sehingga memungkinkan pelaksanaan thawaf dan sa'i dengan lebih khusyuk. Suasana thawaf pun terasa lebih lengang dibandingkan pengalaman haji pada tahun 2013 dan 2018, meskipun tetap ramai oleh jemaah.
Perbedaan signifikan terasa dalam hal konsumsi. Jika pada ibadah haji sebelumnya variasi menu makanan lebih beragam, kini menu yang disajikan seragam di seluruh hotel, wilayah, dan sektor. Meskipun demikian, kualitas nasi dinilai lebih baik, dengan cita rasa Indonesia yang lebih terasa dibandingkan sebelumnya, terutama saat sarapan.
Sistem syarikah, yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi, membawa perubahan mendasar dalam penyelenggaraan layanan haji. Sistem ini mencakup akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga bimbingan ibadah. Namun, transisi ini juga menimbulkan tantangan, seperti terpisahnya suami istri, jemaah lansia dengan pendamping, atau bahkan orang tua dengan anak.
Persoalan lain muncul terkait kartu Nusuk, identitas dan 'tiket' akses layanan haji, yang terlambat diterima oleh sebagian jemaah. Kendati demikian, keyakinan tetap tertuju pada kualitas pengelolaan haji Indonesia yang dianggap terbaik di dunia, dan transisi syarikah diharapkan terus beradaptasi dan mengalami perbaikan.
Refleksi juga dilakukan terhadap pengalaman wukuf di Arafah pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, fasilitas sangat minim, hanya berupa tenda, penutup panas, dan karpet. Sementara pada tahun 2018, sudah tersedia bantal dan air cooler. Bahkan pada tahun 2023, kabarnya sudah menggunakan kasur dan AC. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan fasilitas secara bertahap.
Perdebatan mengenai durasi pelaksanaan haji, apakah tetap 40 hari atau dipercepat menjadi 20 atau 30 hari, terus bergulir. Terlepas dari berbagai dinamika yang terjadi, jemaah haji diimbau untuk tetap fokus beribadah, saling mendoakan kesehatan, dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Seperti yang pernah diungkapkan Imam Ghazali, keikhlasan adalah urusan pribadi antara individu dan Allah SWT. Semoga seluruh rangkaian ibadah haji tahun ini diterima dan menjadi pengalaman spiritual yang mendalam.