Perputaran Ekonomi Hewan Kurban di Surabaya: Penjual Rasakan Dinamika Pasar Jelang Idul Adha

Menjelang Hari Raya Idul Adha, dinamika pasar hewan kurban di Surabaya menunjukkan tren yang beragam. Sejumlah pedagang merasakan penurunan daya beli masyarakat, sementara yang lain justru mengalami peningkatan penjualan yang signifikan.

Muhammad Badrus, seorang pedagang hewan kurban asal Wonokromo, Surabaya, yang telah lama berjualan di kawasan Ketintang, Gayungan, mengungkapkan adanya penurunan omzet dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga awal Juni, Badrus mencatat penjualan 93 ekor kambing dan 18 ekor sapi, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu di mana ia berhasil menjual 180 ekor kambing dan 25 ekor sapi. Badrus menduga penurunan ini disebabkan karena bersamaan dengan musim pendaftaran sekolah.

"Omzetnya turun 70 persen. Tahun ini paling bersih Rp 60 juta, tahun lalu bisa Rp 90 juta untuk kambing saja. Sapi itu Rp 70 juta," ujarnya. Saat ini, Badrus masih memiliki sisa stok dua ekor kambing dan enam ekor sapi. Harga kambing yang ia jual berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 7 juta, sementara sapi dijual dengan harga Rp 20 juta hingga Rp 35 juta, tergantung ukuran dan jenisnya. Badrus memperoleh hewan kurban dari peternak di Jombang dan Lumajang, memasok kambing dan sapi jenis limosin berukuran besar.

Badrus juga memberikan jaminan bahwa hewan kurban yang ia jual telah mendapatkan vaksinasi dan terbebas dari penyakit seperti Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Namun, situasi berbeda dialami oleh Muhammad Sholeh, seorang pedagang hewan kurban asal Medaeng, Sidoarjo. Sholeh justru mencatatkan peningkatan penjualan yang cukup signifikan. Sebelumnya, Sholeh hanya menjual hewan ternak dari rumahnya, dengan penjualan berkisar antara 30 hingga 40 ekor kambing per tahun. Tahun ini, untuk pertama kalinya Sholeh membuka lapak di pinggir jalan untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Strategi ini terbukti berhasil, dalam dua pekan, ia berhasil menjual 62 ekor kambing.

"Rata-rata laku harga Rp 3,3 juta per ekor. Sisa 5 sekarang. Omsetnya mungkin Rp 300 juta lebih," kata Sholeh. Melihat respon pasar yang positif, Sholeh berencana untuk kembali membuka lapak pada tahun mendatang. Ia hanya menjual kambing semi etawa dan berencana untuk mengembangkan usahanya di tahun-tahun berikutnya.

Dinamika pasar hewan kurban di Surabaya ini menunjukkan bahwa faktor lokasi, strategi pemasaran, dan kondisi ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi penjualan pedagang. Sementara beberapa pedagang mengalami penurunan, yang lain berhasil memanfaatkan peluang untuk meningkatkan penjualan mereka.