Investasi China dalam Energi Bersih di ASEAN Terancam oleh Kebijakan Perdagangan Global

Investasi Energi Bersih China di Asia Tenggara: Antara Peluang dan Tantangan

Dalam satu dekade terakhir, Tiongkok telah muncul sebagai investor publik utama dalam proyek-proyek energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Menurut data dari Zero Carbon Analytics, investasi Tiongkok telah melampaui 2,7 miliar dolar AS, terutama dialokasikan untuk proyek pembangkit listrik tenaga air dan tenaga angin. Indonesia menjadi penerima investasi terbesar di antara negara-negara ASEAN lainnya. Investasi ini memberikan dorongan signifikan terhadap upaya transisi energi di kawasan ini, membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi hijau dan pengurangan emisi karbon.

Namun, ambisi transisi energi di Asia Tenggara menghadapi tantangan yang signifikan. Rencana tarif yang diinisiasi oleh Amerika Serikat berpotensi memaksa negara-negara seperti Indonesia untuk kembali bergantung pada industri ekstraktif, seperti pertambangan batu bara dan mineral. Kebijakan perdagangan baru ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan menghambat upaya dekarbonisasi.

Dilema Dekarbonisasi di Tengah Ketidakpastian Global

Para analis keberlanjutan memperingatkan bahwa ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan perdagangan dapat memperlambat upaya dekarbonisasi, terutama di Indonesia. Sharon Seah, peneliti senior dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, menekankan bahwa Indonesia memiliki target pertumbuhan PDB yang ambisius untuk mencapai visi sebagai negara maju pada tahun 2045. Namun, penerapan tarif dan tindakan protektif lainnya dapat menghambat sektor energi bersih, membatasi pertumbuhan ekonomi.

Dalam situasi seperti itu, negara-negara Asia Tenggara mungkin merasa lebih mudah dan pragmatis untuk kembali mengandalkan model ekonomi lama yang berbasis pada industri ekstraktif dan padat karbon. Hal ini dapat mengancam komitmen terhadap transisi energi dan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Contoh dari Tiongkok dan Peran Investor Lain

Meskipun ada tantangan global, pertumbuhan ekonomi hijau Tiongkok memberikan contoh positif bagi negara-negara tetangganya. Tiongkok menunjukkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau dapat terus berlanjut meskipun ada ketidakpastian global. Selain Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan juga merupakan investor publik penting dalam sektor energi bersih di Asia Tenggara.

Jepang telah menginvestasikan sekitar 2,45 miliar dolar AS dalam proyek-proyek energi bersih, terutama fokus pada energi panas bumi dan tenaga surya. Indonesia dan Vietnam menjadi penerima utama investasi Jepang. Korea Selatan juga telah menginvestasikan 583 juta dolar AS, dengan fokus utama pada Indonesia dan Filipina. Kontribusi dari berbagai investor ini menunjukkan komitmen bersama untuk mendukung transisi energi di Asia Tenggara, meskipun ada tantangan dan ketidakpastian global.

  • Investasi Tiongkok: Dorongan signifikan untuk proyek energi bersih, terutama tenaga air dan angin.
  • Tantangan Global: Kebijakan tarif AS dapat menghambat transisi energi dan mendorong ketergantungan pada industri ekstraktif.
  • Peran Investor Lain: Jepang dan Korea Selatan juga berkontribusi dalam investasi energi bersih di kawasan ini.