Kisah Inspiratif Putri dan Sintia: Raih Mimpi di Tengah Keterbatasan

Di tengah keterbatasan hidup di Panti Asuhan Budi Mulya, Banyuwangi, dua remaja bernama Putri Ayu dan Maria Sintia membuktikan bahwa mimpi dapat diraih dengan tekad dan kerja keras.

Kedua gadis ini baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan siap melanjutkan studi di SMKN 1 Banyuwangi. Putri memilih jurusan Pemasaran, sementara Sintia mantap mengambil jurusan Tata Boga. Pilihan ini bukan tanpa alasan, melainkan buah dari cita-cita yang telah mereka pupuk sejak lama.

"Dari dulu memang ingin sekolah di sini. Bahkan sejak masih di SMP, sudah memikirkan ingin sekolah di mana, dan SMK adalah pilihan saya. Ini sesuai dengan apa yang saya inginkan," ujar Putri dengan antusias.

Putri menjelaskan bahwa inspirasinya memilih jurusan Pemasaran datang dari seorang kakak di panti yang juga pernah bersekolah di SMKN 1 Banyuwangi. Ia menyadari bahwa keterampilan pemasaran sangat penting, terutama di era digital saat ini. "Pemasaran itu bisa masuk ke berbagai bidang, supaya bisa menghasilkan pendapatan," jelasnya.

Sementara itu, Sintia mengungkapkan bahwa kecintaannya pada dunia kuliner menjadi alasan utama memilih jurusan Tata Boga. Ia memiliki impian untuk membuka usaha kulinernya sendiri di masa depan.

Semangat membara kedua gadis ini tercermin dari usaha mereka mengurus semua keperluan pendaftaran sekolah. Mereka bahkan meminjam sepeda motor dari pengurus panti untuk mengumpulkan berkas-berkas penting seperti surat kelulusan SMP, rapor, hingga surat keterangan sehat dari Puskesmas Sobo. Semua itu mereka lakukan secara mandiri.

Meski terlihat lelah, senyum tak pernah pudar dari wajah mereka. Namun, ada sedikit kendala yang sempat menghambat langkah mereka. Setelah semua berkas lengkap, mereka mendapat nomor antrean 194, yang berarti harus menunggu hingga sore hari untuk dipanggil. Sementara itu, sepeda motor yang mereka pinjam akan digunakan kembali oleh pengurus panti setelah waktu shalat dhuhur.

"Motornya mau dipakai, jadi kami pulang dulu saja. Nanti kalau posko pendaftaran buka lagi hari Sabtu, kami akan datang lagi. Yang penting, berkas kami sudah dipastikan lengkap," kata Sintia dengan nada optimis.

Putri dan Sintia mengaku sudah terbiasa dengan rutinitas harian yang padat. Setiap pagi, setelah shalat subuh, mereka mengikuti kajian materi dan tahfiz sebelum melakukan tugas kebersihan dan bersiap berangkat sekolah. Mereka memanfaatkan fasilitas angkutan gratis yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

"Berangkat sekolah pagi dan pulang jam 3 sore," jelas Putri.

Sepulang sekolah, mereka beristirahat sejenak sebelum kembali mengikuti kajian materi. Waktu bersantai baru bisa mereka nikmati setelah semua kegiatan tersebut selesai. Di panti asuhan, mereka hidup tanpa ponsel, dan justru merasakan kedamaian dan ketenangan.

"Semuanya teratur, nyaman, dan kami senang karena punya banyak teman," pungkas Putri.

Kisah Putri dan Sintia adalah cermin semangat pantang menyerah dan keyakinan bahwa masa depan cerah dapat diraih, asalkan ada kemauan dan usaha yang tak kenal lelah. Mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang menghadapi keterbatasan dalam hidup.