Mitos atau Fakta: Darah Menstruasi, Benarkah Darah Kotor?
Beredar luas di masyarakat sebuah anggapan mengenai darah menstruasi yang disebut sebagai 'darah kotor'. Mitos ini menimbulkan kekhawatiran, bahkan stigma, terkait potensi penularan penyakit melalui darah menstruasi, terutama jika terjadi kebocoran.
Namun, benarkah demikian adanya? Mari kita telaah lebih lanjut dari perspektif medis.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr. dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG, Subsp.FER, menjelaskan bahwa darah yang keluar saat menstruasi pada dasarnya adalah peluruhan dinding rahim. Proses ini merupakan siklus alami tubuh wanita sebagai persiapan kehamilan. Ketika sel telur tidak dibuahi, lapisan dinding rahim yang menebal akan luruh dan keluar bersama darah.
Secara sederhana, menstruasi adalah proses alami pelepasan lapisan dinding rahim yang tidak terpakai karena tidak terjadi pembuahan. Dinding rahim ini dipersiapkan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi. Namun, jika pembuahan tidak terjadi, maka dinding rahim akan meluruh dan keluar melalui vagina.
Dr. Kemal mengakui bahwa semua cairan tubuh berpotensi membawa kuman, seperti halnya air liur, urine, dan feses. Namun, ia menegaskan bahwa darah menstruasi berbeda. Darah menstruasi berasal dari jaringan dinding rahim yang luruh, bukan darah yang terinfeksi atau membawa penyakit.
Oleh karena itu, anggapan bahwa darah menstruasi adalah 'darah kotor' yang berbahaya adalah tidak benar. Darah tersebut merupakan bagian dari proses fisiologis normal tubuh wanita. Meskipun demikian, menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik selama menstruasi tetap penting untuk mencegah infeksi dan menjaga kesehatan reproduksi.