Bawang Merah Organik Jembrana: Potensi Agribisnis dan Upaya Pengendalian Inflasi

Bawang Merah Organik Jembrana: Potensi Agribisnis dan Upaya Pengendalian Inflasi

Kabupaten Jembrana, Bali, tengah menunjukkan potensi besar dalam pengembangan komoditas bawang merah organik. Panen perdana bawang merah organik di Subak Telebus, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo pada Senin (10/03/2025) menandai langkah signifikan dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah dan menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok, khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri. Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, menekankan kesesuaian lahan di Jembrana sebagai faktor kunci keberhasilan budidaya bawang merah organik ini. Beliau optimistis potensi ini akan mampu memotivasi petani untuk beralih ke pertanian organik dan meningkatkan pendapatan mereka.

Keberhasilan panen perdana ini juga merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah daerah dan sektor swasta, dalam hal ini PT Dasa Vayu Alam Sari. Owner PT Dasa Vayu Alam Sari, Budi S Prasetyo, menjelaskan bahwa program pengembangan bawang merah organik ini telah direncanakan jauh sebelum pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Jembrana yang baru. Hal ini membuktikan komitmen jangka panjang pemerintah daerah terhadap sektor agribisnis, khususnya pertanian organik. Program ini tidak sekadar upaya pencitraan, tetapi bagian dari strategi pengembangan ekonomi daerah yang terencana dan berkelanjutan. Tantangan awal yang dihadapi, seperti pengolahan lahan tidur dan transisi dari pupuk kimia ke pupuk organik 100 persen, telah berhasil diatasi. Proses penanaman dimulai pada bulan Januari setelah pengolahan lahan pada bulan Desember, dan masa panen yang tepat waktu dalam kurun waktu 60 hari membuktikan keefektifan metode pertanian organik yang diterapkan.

Hasil panen pada siklus pertama mencapai 16,6 ton per hektar, dengan harga jual di pasaran berkisar Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per kilogram. Meskipun dijual langsung kepada konsumen dengan harga yang lebih rendah, sekitar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kilogram, keuntungan yang diperoleh tetap sangat menjanjikan. Dari 1 hektar lahan, petani berpotensi meraup keuntungan hingga Rp 320 juta. Keberhasilan ini diharapkan mampu mendorong petani untuk beralih ke komoditas bawang merah organik dan berkontribusi dalam upaya pengendalian inflasi di Jembrana.

Ke depannya, PT Dasa Vayu Alam Sari menargetkan peningkatan produktivitas hingga 20 ton per hektar melalui perbaikan kualitas tanah dan penggunaan pupuk organik yang lebih optimal. Hal ini menunjukkan adanya komitmen untuk meningkatkan skala usaha dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian masyarakat Jembrana. Program ini bukan hanya sekedar pengembangan pertanian, melainkan juga bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan pertanian organik sebagai solusi bagi ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  • Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan bawang merah organik di Jembrana, meliputi pemerintah daerah, swasta (PT Dasa Vayu Alam Sari) dan petani setempat, menunjukkan sinergi positif dalam pembangunan ekonomi daerah.
  • Penggunaan pupuk dan pestisida organik 100 persen menjadi kunci keberhasilan dalam budidaya bawang merah organik di Jembrana.
  • Tantangan awal, seperti pengolahan lahan tidur dan transisi penggunaan pupuk, berhasil diatasi dengan perencanaan dan pelaksanaan yang terstruktur.
  • Keberhasilan ini diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan pertanian organik sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan.
  • Panen perdana menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam mendukung sektor agribisnis dan upaya pengendalian inflasi.