Konflik Pilkada Puncak Jaya Memanas: Bentrokan Berdarah dan Manuver KKB Ancam Stabilitas

Pilkada Puncak Jaya, Papua Tengah, diwarnai insiden bentrokan yang menelan korban jiwa. Peristiwa tragis yang melibatkan pendukung dua pasangan calon bupati dan wakil bupati ini semakin memperburuk situasi keamanan di wilayah tersebut. Satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat konflik tersebut, yang diduga diperparah dengan adanya indikasi keterlibatan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Insiden bentrokan yang terjadi pada Selasa (3/6) di dua lokasi berbeda di Puncak Jaya ini bukanlah yang pertama kali. Kapolres Puncak Jaya, AKBP Achmad Fauzan, mengungkapkan bahwa meskipun situasi relatif terkendali, potensi bentrokan lanjutan dan aksi sabotase tetap tinggi. Kekhawatiran ini semakin meningkat dengan adanya laporan mengenai pergerakan KKB yang diduga memanfaatkan situasi kekacauan untuk kepentingan mereka.

Menurut AKBP Achmad, KKB terpantau bergerak menuju daerah-daerah rawan bentrokan. Aparat keamanan telah meningkatkan pengawasan dan melakukan pengejaran untuk mencegah potensi serangan terhadap aparat maupun warga sipil. Patroli malam juga ditingkatkan dan operasi keamanan terpadu digelar dengan melakukan penyekatan di sejumlah wilayah rawan.

Bentrokan ini dipicu oleh ketegangan antara pendukung pasangan calon nomor urut 1, Yuni Wonda-Mus Kogoya, dan pasangan calon nomor urut 2, Miren Kogoya-Mendi Wonerengga. Insiden bermula di Kampung Karubate pada Senin (3/6) sekitar pukul 11.00 WIT. Massa pendukung paslon nomor urut 1 menyerang kelompok massa pendukung paslon nomor urut 2 yang sedang memasak di lokasi tersebut.

  • Serangan diawali dengan pelepasan anak panah yang memicu aksi saling kejar dan bentrokan terbuka.
  • Seorang warga bernama Gum Enumbi (48), yang merupakan ASN di Dinas Dukcapil, tewas dalam bentrokan tersebut dan langsung dikremasi oleh pihak keluarga.
  • Selain itu, seorang pelajar berinisial PM (17) mengalami luka akibat terkena panah di tulang kering kaki kanannya, dan seorang ASN bernama David Enumbi (45) juga terluka terkena panah di jempol kaki sebelah kanan.

Aparat gabungan TNI dan Polri telah mengambil langkah-langkah tegas dengan melakukan penyekatan dan patroli intensif di sejumlah titik rawan bentrokan.

AKBP Achmad menduga bahwa bentrokan ini tidak hanya disebabkan oleh rivalitas antar massa pendukung, tetapi juga diperkeruh oleh oknum-oknum dari luar Kota Mulia yang sengaja menciptakan konflik. Keberadaan warga dari Distrik Sinak, yang merupakan basis massa pendukung paslon nomor urut 1, menimbulkan kecurigaan dan memperbesar potensi konflik.

Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan untuk memediasi persoalan ini. Jika tidak ada upaya untuk mempertemukan kedua kubu yang bertikai, dikhawatirkan konflik akan berlarut-larut. Selain itu, belum ada kejelasan dari Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya dan Pemerintah Provinsi Papua Tengah terkait pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih.

Prosesi adat pemotongan kayu panah, sebagai bagian penting dari tradisi rekonsiliasi pasca-konflik Pilkada, juga belum dilaksanakan. Sebelumnya hanya dilakukan acara belah kayu doli sebagai prosesi adat perdamaian. Kekosongan ini dinilai menciptakan ruang yang rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pemerintah daerah didesak untuk segera mengambil tindakan konkret guna mencegah konflik meluas, termasuk mempertemukan tokoh-tokoh dari kedua kubu pendukung dan mempercepat pelaksanaan prosesi adat sebagai jembatan damai.