BPKH Siapkan Strategi Konsumsi Jemaah Haji di Puncak Ibadah: Makanan Siap Saji Jadi Andalan

Menjelang puncak ibadah haji 1446 H, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mengambil langkah antisipatif dengan menyiapkan makanan siap saji (Ready To Eat/RTE) bagi jemaah haji Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi potensi kendala logistik yang kerap terjadi di sekitar tanggal 7 hingga 13 Dzulhijjah, khususnya di area Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Keterbatasan akses transportasi menjadi tantangan utama dalam mendistribusikan konsumsi bagi jemaah. Otoritas Arab Saudi seringkali memberlakukan pembatasan ketat terhadap mobilitas kendaraan menuju dan dari Makkah, termasuk area Masjidil Haram dan Armuzna, selama periode puncak haji. Kondisi ini dapat menghambat penyediaan makanan secara reguler.

BPKH, bekerja sama dengan Kementerian Agama RI, merespons situasi ini dengan menghadirkan solusi praktis berupa makanan RTE. Makanan ini dirancang khusus agar mudah disimpan, aman dikonsumsi, memiliki kandungan gizi yang memadai, dan tentunya, sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.

Menurut Kepala Badan Pelaksana BPKH, Fadlul Imansyah, penyediaan dan distribusi makanan RTE dilakukan secara terstruktur dan terencana. Langkah ini merupakan bagian dari upaya BPKH untuk memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah haji, terutama dalam kondisi yang serba terbatas.

Distribusi makanan RTE akan dilakukan sebanyak empat kali sebelum memasuki masa Armuzna dan dua kali setelahnya. Pada tanggal 7 Dzulhijjah, jemaah akan menerima makanan lengkap sebanyak tiga kali. Kemudian, pada tanggal 8 Dzulhijjah, sebelum keberangkatan ke Arafah, jemaah akan mendapatkan sarapan. Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah di Armuzna, jemaah akan kembali menerima dua kali konsumsi hingga layanan katering reguler kembali beroperasi normal.

Peran BPKH Limited

Proses penyediaan makanan RTE ini dipercayakan kepada anak perusahaan BPKH yang beroperasi di Makkah, yaitu BPKH Limited. BPKH Limited bertugas untuk memastikan bahwa makanan yang disediakan memenuhi standar kelayakan, kesehatan, dan cita rasa yang sesuai dengan preferensi jemaah Indonesia.

Fadlul Imansyah menjelaskan bahwa tim BPKH Limited bekerja sama dengan berbagai distributor makanan, baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa makanan dimasak langsung di Makkah, sementara yang lain diimpor dari Indonesia dan negara lain, namun tetap dengan cita rasa khas Indonesia.

Saat ini, proses distribusi makanan RTE telah menjangkau seluruh hotel tempat jemaah Indonesia menginap, yang berjumlah 205 hotel. Makanan RTE ditempatkan di area terbuka di setiap hotel, kemudian didistribusikan kepada jemaah melalui ketua rombongan masing-masing.

Menu makanan RTE yang disediakan sangat bervariasi dan terdiri dari hidangan khas Indonesia. BPKH juga memastikan bahwa makanan tersebut memiliki nilai gizi yang seimbang dan sesuai dengan selera jemaah. Inisiatif ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan menjaga kesehatan jemaah selama masa-masa krusial dalam pelaksanaan ibadah haji.