Anies Baswedan Soroti Kesenjangan Sosial di Kota-Kota Besar: Bukan Takdir, Melainkan Kegagalan Sistemik

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan kritik tajam terhadap ketimpangan sosial yang mencolok di berbagai kota metropolitan Indonesia. Hal ini diungkapkannya saat menjadi khatib pada shalat Idul Adha 1446 Hijriah di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.

Menurut Anies, kesenjangan yang terjadi bukanlah sebuah keniscayaan atau takdir yang tak terhindarkan. Ia menegaskan bahwa akar masalahnya terletak pada sistem yang dibiarkan berjalan tanpa adanya evaluasi dan perbaikan yang berarti. Kondisi ini, menurutnya, menciptakan jurang pemisah yang lebar antara kelompok masyarakat yang memiliki akses terhadap sumber daya dan kesempatan, dengan mereka yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar.

"Di tengah gemerlap kota-kota kita, kesenjangan yang terjadi bukanlah takdir, melainkan buah dari sistem yang tak pernah dikoreksi," ujar Anies dengan nada prihatin. Ia menggambarkan kontras yang mencolok, seperti pemandangan restoran mewah yang dipenuhi pengunjung, sementara di sudut jalan, anak-anak kecil terpaksa memungut sampah untuk mencari nafkah. Ia juga menyoroti lalu lalang mobil-mobil mewah yang berpapasan dengan gerobak pedagang kecil, sebuah pemandangan yang menjadi ciri khas kota-kota besar di Indonesia.

Anies menekankan bahwa realitas ini adalah "halaman rumah kita sendiri," sebuah cerminan dari kondisi peradaban yang lebih luas. Ia mengingatkan bahwa kota-kota seharusnya menjadi simbol kemajuan dan kesejahteraan, namun kesenjangan yang ada justru menggerogoti fondasi sosial dan moral masyarakat.

Sebagai solusi, Anies mencontohkan kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab yang visioner dalam mewujudkan keadilan struktural. Ia menceritakan bagaimana Umar bin Khattab, saat menghadapi musim paceklik, tidak hanya memberikan bantuan langsung kepada rakyatnya, tetapi juga melakukan reformasi kebijakan yang mendasar. Umar bahkan mengambil alih tanah-tanah terlantar dan memberikannya kepada mereka yang bersedia menggarapnya, dengan tujuan menciptakan keadilan di tengah kondisi yang sulit.

"Mungkin itu reformasi agraria pertama dalam sejarah Islam, dan itu adalah contoh nyata keadilan struktural," kata Anies, menekankan pentingnya tindakan transformatif dalam mengatasi ketimpangan sosial. Kisah Umar bin Khattab menjadi inspirasi bahwa pemimpin harus berani mengambil langkah-langkah berani dan inovatif untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.

Dengan menyoroti akar masalah kesenjangan sebagai kegagalan sistemik dan menawarkan solusi berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, Anies mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong perubahan yang positif dalam sistem sosial dan ekonomi.