Lonjakan Barang Hilang di Tokyo: Rekor Uang Tunai Rp 496,2 Miliar Ditemukan, Sistem Manajemen Barang Hilang Dipertanyakan

Lonjakan Barang Hilang di Tokyo: Rekor Uang Tunai dan Tantangan Manajemen

Kepolisian Metropolitan Tokyo mencatat rekor baru pada tahun 2024 dengan total uang tunai sebesar 4,49 miliar yen (sekitar Rp 496,2 miliar) yang diserahkan sebagai barang hilang. Angka ini menunjukkan peningkatan 1,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebuah tren yang dikaitkan dengan peningkatan jumlah wisatawan asing pasca-pelonggaran pembatasan Covid-19 dan peningkatan mobilitas masyarakat. Penemuan uang tunai terbesar dalam satu kejadian mencapai 11,6 juta yen (sekitar Rp 1,29 miliar), sementara sekitar 660 juta yen dari total tersebut masuk ke kas pemerintah metropolitan Tokyo. Fenomena ini menyoroti permasalahan manajemen barang hilang di kota metropolitan yang padat penduduk ini.

Namun, lonjakan uang tunai yang ditemukan hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar. Kepolisian Metropolitan Tokyo juga mencatat peningkatan 7,8 persen dalam jumlah barang hilang secara keseluruhan, mencapai 4,4 juta item. SIM dan dokumen identitas lainnya mendominasi daftar barang hilang dengan jumlah sekitar 830.000 item. Peningkatan juga tercatat pada barang elektronik seperti earphone nirkabel dan rokok elektrik. Situasi ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas sistem manajemen barang hilang yang ada dan perlunya strategi yang lebih komprehensif untuk mengatasinya. Lebih mengejutkan lagi adalah data terkait barang hilang yang cukup unik, yaitu payung. Sebuah laporan dari AFP pada November 2024 mengungkapkan bahwa Kepolisian Metropolitan Tokyo memiliki area seluas 200 meter persegi khusus untuk menyimpan payung hilang. Jumlah payung yang ditemukan mencapai 300.000 buah pada tahun lalu, namun hanya 3.700 yang berhasil dikembalikan kepada pemiliknya. "Kami memiliki lantai khusus untuk payung. Selama musim hujan, ada begitu banyak payung sehingga troli payung meluap dan kami harus menyimpannya dalam dua tingkat," ujar seorang petugas kepolisian yang dikutip dari laporan tersebut. Ribuan payung hilang tersebut ditandai dan diatur berdasarkan lokasi dan waktu kehilangannya di dalam kontainer di Pusat Barang Hilang dan Ditemukan Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo di kawasan Iidabashi.

Sistem Manajemen Barang Hilang di Tokyo

Di balik angka-angka yang mengkhawatirkan tersebut, terdapat upaya dari Kepolisian Metropolitan Tokyo untuk mengelola barang-barang hilang. Sekitar 80 staf di Pusat Barang Hilang bekerja dengan sistem basis data untuk menyortir dan menandai setiap barang yang ditemukan. Proses pencatatan yang detail dilakukan, bahkan untuk barang-barang sekecil kunci. "Meskipun itu hanya kunci, kami memasukkan detail seperti gantungan kunci maskot yang melekat padanya," kata seorang staf. Pusat ini juga menerima barang-barang yang diserahkan oleh staf stasiun kereta api dan kantor polisi kecil di berbagai lokasi di Tokyo. Namun, sistem ini masih menghadapi tantangan dalam menangani volume barang hilang yang terus meningkat. Aturan yang berlaku adalah barang hilang yang tidak diambil dalam waktu tiga bulan akan dijual atau dibuang. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai efisiensi sistem dan kemungkinan adanya perbaikan yang dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat pengembalian barang kepada pemiliknya.

Kesimpulan

Lonjakan kasus barang hilang di Tokyo, khususnya rekor uang tunai yang ditemukan, menuntut evaluasi menyeluruh terhadap sistem manajemen barang hilang yang ada. Peningkatan jumlah wisatawan dan mobilitas penduduk menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan, namun, efisiensi sistem pencatatan, penyimpanan, dan pengembalian barang kepada pemiliknya perlu ditingkatkan. Ke depannya, perlu ada upaya kolaboratif antara pemerintah, kepolisian, dan masyarakat untuk menciptakan sistem yang lebih efektif dan efisien dalam menangani masalah barang hilang di Tokyo.