Kota Jambi Kembali Diterjang Banjir Saat Idul Adha, Warga Desak Pemerintah Bertindak
Banjir Landa Kota Jambi di Hari Raya Idul Adha
Kota Jambi kembali mengalami musibah banjir yang melanda permukiman warga tepat di Hari Raya Idul Adha. Bencana ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga jalannya ibadah. Banyak rumah warga terendam air, memaksa mereka untuk berjuang di tengah kondisi yang sulit.
Seorang warga yang terdampak banjir mengungkapkan keprihatinannya melalui sebuah video yang viral di media sosial. Dalam video tersebut, ia memohon kepada Wali Kota Jambi untuk segera mengambil tindakan nyata dalam mengatasi masalah drainase yang buruk, yang menjadi penyebab utama banjir berulang setiap tahunnya. Warga tersebut juga meminta perangkat RT setempat untuk proaktif dalam menyalurkan bantuan dari pemerintah.
"Tolong kami, Pak Wali Kota! Sudah dua kali lebaran rumah kami kebanjiran," ujar seorang ibu dalam video yang viral.
Banjir kali ini melanda beberapa wilayah, termasuk Kelurahan Pal Lima dan Jelutung. Ironisnya, lokasi banjir ini hanya berjarak sangat dekat dengan kantor Walikota Jambi. Menurut penuturan Eni, seorang warga Kelurahan Pal Lima, air mulai memasuki rumah-rumah warga sejak pukul 04.30 WIB. Ketinggian air bervariasi, mulai dari selutut hingga sepinggang orang dewasa. Banjir baru surut sekitar pukul 14.00 WIB.
Walaupun lokasi shalat Ied dan tempat pemotongan hewan kurban tidak tergenang banjir, warga tetap harus berjuang melewati genangan air untuk mencapai tempat-tempat tersebut. Hujan deras yang mengguyur sejak dini hari menjadi penyebab utama banjir kali ini.
Menurut Eni, banjir di wilayahnya disebabkan oleh saluran drainase dan sungai yang tidak mampu menampung debit air yang berlebihan. Kondisi ini diperparah dengan kontur tanah kampung yang lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain. Normalisasi sungai oleh pemerintah juga sudah lama tidak dilakukan, terakhir kali dilakukan pada tahun 2020.
Perlunya Solusi Jangka Panjang
Pakar hidrologi dari Universitas Jambi, Aswandi, menekankan pentingnya rekayasa resapan air kota yang dilakukan dengan kajian komprehensif. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya luapan air dan banjir. Menurutnya, drainase kota saat ini tidak mampu menampung limpasan air dari permukiman dan air hujan.
"Limpasan air dari rumah-rumah warga langsung ke drainase kota, karena mereka bangun saluran air dengan beton tanpa kajian," jelas Aswandi.
Ia menyarankan agar drainase tidak sepenuhnya disemen, melainkan membiarkan bagian bawahnya terbuka agar air dapat meresap ke dalam tanah. Selain itu, air sisa pemakaian warga juga langsung mengalir ke drainase. Jika hal ini terjadi bersamaan dengan hujan deras, potensi banjir akan semakin besar.
Aswandi juga menekankan perlunya rencana tata kelola air yang terintegrasi dari pemerintah kota. Kajian harus memproyeksikan perkembangan kota dan dimensi ukuran drainase minimal untuk periode 25 hingga 50 tahun ke depan.
Sungai Batanghari, sebagai hilir drainase kota, memiliki potensi volume air yang sangat besar. Namun, jika air sungai sedang naik, hal ini dapat mengganggu drainase kota. Oleh karena itu, pembangunan kolam retensi dan danau buatan menjadi sangat penting untuk mengelola air dan mencegah banjir.
Banjir yang terjadi bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha ini menjadi pengingat bagi pemerintah kota untuk segera mengambil tindakan nyata dalam mengatasi masalah banjir yang berulang. Solusi jangka panjang yang terintegrasi dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk melindungi warga Kota Jambi dari ancaman banjir di masa depan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Peningkatan kapasitas drainase
- Normalisasi sungai
- Pembangunan kolam retensi dan danau buatan
- Penataan ruang kota yang memperhatikan aspek hidrologi
- Edukasi masyarakat tentang pengelolaan air yang baik