TikToker Dikecam Publik Usai Kritik Pedas Restoran yang Laris Manis
Seorang TikToker bernama John-Ray Boukarim menuai kecaman publik setelah melontarkan kritik pedas terhadap sebuah restoran yang menu makanannya selalu habis terjual. Aksi Boukarim ini dianggap tidak pantas dan tidak menghargai upaya restoran tersebut dalam menjalankan bisnisnya.
Boukarim, yang dikenal sebagai pengulas makanan di platform TikTok, mengungkapkan kekesalannya karena gagal mendapatkan menu sandwich yang diinginkannya di sebuah kafe bernama Bertas di Marrickville, Sydney, Australia. Dalam video yang diunggahnya, Boukarim menuding pemilik kafe tidak becus dalam mengelola bisnis karena kehabisan roti sebelum jam operasional berakhir.
"Kau kira bisnismu sudah terkendali dengan mengetahui berapa banyak stok makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pembeli, tapi nyatanya resto ini tetap kehabisan makanan satu atau dua jam sebelum tutup," ujar Boukarim dalam videonya. Ia bahkan menyarankan agar kafe tersebut ditutup saja jika tidak mampu mengelola bisnis dengan baik.
Pernyataan Boukarim ini langsung menuai reaksi keras dari warganet. Banyak yang menilai bahwa Boukarim tidak memahami dinamika bisnis restoran dan tidak menghargai upaya Bertas dalam menyajikan makanan berkualitas dengan harga terjangkau. Sebagian warganet bahkan menyalahkan Boukarim karena datang terlalu sore sehingga kehabisan menu yang diinginkannya.
Pihak Bertas sendiri telah memberikan klarifikasi terkait video Boukarim tersebut. Mereka menjelaskan bahwa kafe mereka beroperasi di ruang yang sempit dengan tim yang kecil. Semua sandwich dibuat segar berdasarkan pesanan, dan sebagian besar bahan baku diproduksi sendiri setiap hari. Mereka mengakui bahwa kehabisan stok roti memang tidak nyaman, tetapi hal itu merupakan konsekuensi dari upaya mereka untuk menjaga kualitas dan harga produk.
Menanggapi kritikan yang diterimanya, Boukarim menyatakan bahwa video tersebut hanyalah curahan hatinya dan tidak bermaksud untuk menjatuhkan reputasi Bertas. Ia mengklaim bahwa kritiknya bersifat konstruktif dan bertujuan untuk membantu perkembangan bisnis kafe tersebut. Namun, ia mengaku ragu untuk kembali mengunjungi Bertas karena pengalaman yang kurang menyenangkan tersebut.
Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi para pengguna media sosial untuk lebih bijak dalam memberikan komentar dan kritik, terutama terhadap bisnis kecil yang sedang berjuang untuk berkembang. Kritikan yang disampaikan secara terbuka dan tanpa dasar yang kuat dapat berdampak negatif terhadap reputasi dan kelangsungan bisnis tersebut.
Berikut beberapa poin penting yang dapat diambil dari kejadian ini:
- Kritik yang membangun: Kritikan sebaiknya disampaikan secara konstruktif dan berdasarkan fakta yang akurat. Hindari penggunaan kata-kata kasar dan merendahkan.
- Empati: Cobalah untuk memahami perspektif orang lain sebelum memberikan penilaian. Ingatlah bahwa setiap bisnis memiliki tantangan dan dinamika operasionalnya sendiri.
- Tanggung jawab: Pengguna media sosial memiliki tanggung jawab untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak benar atau merugikan pihak lain.
Kasus ini menjadi contoh bagaimana media sosial dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, media sosial dapat digunakan untuk memberikan masukan yang berharga bagi bisnis. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi sarana untuk menyebarkan kebencian dan merusak reputasi.