Kritik Pedas Lee Jae-myung: Kantor Kepresidenan Korsel Era Transisi Ditinggalkan dalam Kondisi Memprihatinkan

Pelantikan Presiden Korea Selatan, Lee Jae-myung, diwarnai dengan kritik tajam terhadap kondisi kantor kepresidenan yang ia terima. Dalam pernyataan publik yang disampaikan setelah hari pertamanya menjabat, Lee menggambarkan suasana dan fasilitas yang ada di kantor kepresidenan Yongsan dalam kondisi yang sangat tidak siap. Kritik ini muncul sebagai dampak dari transisi kepemimpinan yang terjadi setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol beberapa waktu lalu.

Lee Jae-myung mengungkapkan kekecewaannya atas minimnya fasilitas dan sistem yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Ia bahkan menyebut kantor tersebut terasa seperti "kuburan" karena kurangnya perlengkapan dasar seperti komputer, printer, dan dokumen-dokumen penting. Lebih lanjut, ia menyayangkan tidak adanya sistem kerja yang jelas serta ketiadaan informasi transisi yang disiapkan untuk membantu pemerintahan barunya. Kondisi ini dinilai menghambat kinerja awal pemerintahannya dan memerlukan langkah-langkah perbaikan segera.

Juru bicara kepresidenan, Kang Yu Jung, mengamini pernyataan Presiden Lee. Ia menjelaskan bahwa sejak pemakzulan Yoon Suk Yeol, kantor kepresidenan praktis berhenti berfungsi. Tidak ada mekanisme yang berjalan untuk memastikan kelancaran roda pemerintahan selama masa transisi. Hal ini menyebabkan kekosongan informasi dan prosedur yang seharusnya menjadi panduan bagi pemerintahan yang baru.

Krisis politik yang berujung pada pemakzulan Yoon Suk Yeol bermula dari kebijakannya memberlakukan darurat militer pada Desember 2024. Keputusan tersebut memicu gelombang protes dan ketidakstabilan di seluruh negeri, memaksa parlemen untuk mengambil tindakan. Pemilu darurat kemudian diadakan, dan Lee Jae-myung berhasil memenangkan kursi kepresidenan, mengalahkan rivalnya, Kim Moon Soo.

Salah satu agenda utama pemerintahan Lee Jae-myung adalah mengembalikan kantor kepresidenan ke Gedung Biru, bangunan ikonik yang sebelumnya ditinggalkan oleh Yoon Suk Yeol pada tahun 2022. Yoon memindahkan kantor kepresidenan ke bekas gedung Kementerian Pertahanan di Distrik Yongsan dengan alasan efisiensi dan kedekatan dengan rakyat. Namun, langkah ini menuai kritik karena dianggap terburu-buru dan kurang persiapan.

Pemerintah Lee Jae-myung berencana untuk merenovasi Gedung Biru sebelum dapat digunakan kembali. Proses transisi ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar enam bulan. Selama periode tersebut, Presiden Lee dan stafnya akan tetap berkantor di Yongsan, sembari berupaya membenahi sistem dan fasilitas yang ada.

Selain masalah transisi kantor kepresidenan, Presiden Lee juga mewarisi sejumlah tantangan lain, termasuk perpecahan politik yang mendalam, tekanan ekonomi akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya, serta dampak ekonomi global dan kebijakan proteksionis dari Amerika Serikat. Untuk mengatasi tantangan ini, Lee telah menunjuk Kim Min Seok sebagai perdana menteri dan Kang Hoon Sik sebagai kepala staf kepresidenan.

Kim Min Seok dalam pernyataan perdananya menyoroti kondisi ekonomi nasional yang memprihatinkan. Ia menilai bahwa situasi saat ini lebih sulit dibandingkan krisis keuangan Asia pada tahun 1997, mengindikasikan perlunya langkah-langkah strategis dan komprehensif untuk memulihkan stabilitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Daftar Kabinet Utama :

  • Kim Min Seok (Perdana Menteri)
  • Kang Hoon Sik (Kepala Staf Kepresidenan)