Tim Jurnalis BBC Alami Penahanan dan Intimidasi oleh Tentara Israel di Perbatasan Suriah

Pada tanggal 9 Mei 2025, sebuah tim jurnalis BBC Arabic mengalami pengalaman traumatis saat meliput situasi di dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Perjalanan mereka dari Damaskus, Suriah, menuju Deraa, dengan tujuan mencapai wilayah perbatasan yang dikuasai Israel, berubah menjadi mimpi buruk penyekapan dan intimidasi oleh tentara Israel.

Tim yang terdiri dari tujuh orang, termasuk seorang wartawan berkewarganegaraan Inggris, staf BBC Irak, dan pekerja lepas Suriah, sedang melakukan peliputan video di dekat pos pengamatan Pasukan Pengamat Pelepasan PBB (UNDOF) di dekat kota al-Rafeed ketika insiden itu terjadi. Menurut seorang pejabat PBB, pihak Israel telah menanyakan identitas tim tersebut, mengetahui bahwa mereka adalah jurnalis BBC.

Saat tim bergerak menuju Quneitra, sebuah kota di zona penyangga sejak perjanjian 1974 antara Suriah dan Israel, mereka dihadang oleh pos pemeriksaan militer Israel yang dijaga oleh tank Merkava. Dua tentara Israel mengawasi mereka dari menara pengawas, sementara kolega wartawan menunjukkan kartu identitas BBC.

Beberapa saat kemudian, sebuah mobil putih mendekat dan empat tentara Israel bersenjata lengkap mengepung tim tersebut, mengarahkan senapan ke kepala mereka dan memerintahkan mereka untuk meletakkan kamera. Upaya wartawan untuk menjelaskan identitas mereka sebagai jurnalis BBC diabaikan, dan situasi dengan cepat meningkat.

Wartawan tersebut sempat mengirim pesan singkat ke kantor pusat BBC di London, mengabarkan penahanan mereka oleh militer Israel. Setelah itu, pasukan Israel menyita semua peralatan mereka, termasuk ponsel dan kamera, dan menggeledah mobil tim secara menyeluruh.

Tim tersebut kemudian dikawal ke titik persimpangan yang memisahkan Quneitra dari wilayah Golan yang diduduki Israel. Di sana, para tentara mulai meninjau rekaman tim, sambil terus mengarahkan senjata ke kepala wartawan tersebut. Setelah penantian selama lebih dari dua jam, seorang tentara meminta wartawan itu untuk berbicara melalui telepon dengan seseorang yang berbicara bahasa Arab yang tidak lancar. Orang tersebut menanyai wartawan tentang alasan mereka merekam posisi militer Israel.

Setelah kembali ke mobil, wartawan tersebut kembali menjadi sasaran todongan senjata. Satu jam kemudian, sebuah kendaraan lain tiba membawa tentara yang membawa penutup mata dan tali pengikat plastik. Wartawan itu dipisahkan dari timnya dan dibawa ke sebuah ruangan kumuh yang sebelumnya digunakan oleh tentara Suriah. Di sana, ia diinstruksikan untuk menanggalkan pakaiannya, kecuali celana dalamnya, dan diinterogasi tentang kehidupan pribadinya.

Sementara itu, anggota tim lainnya diikat dan ditutup matanya. Mereka juga dibawa satu per satu ke ruangan yang sama untuk ditelanjangi dan diinterogasi. Setelah lebih dari dua jam, interogasi selesai dan para tentara menghapus banyak foto dari ponsel dan laptop tim, termasuk foto-foto pribadi.

Sebelum dibebaskan, para tentara Israel mengancam tim tersebut dengan konsekuensi yang lebih buruk jika mereka mendekati perbatasan lagi atau mempublikasikan foto yang belum mereka hapus. Setelah tujuh jam ditahan, tim tersebut diantar ke daerah pedesaan di luar Quneitra dan ditinggalkan dalam kegelapan tanpa sinyal atau internet. Mereka berhasil mencapai jalan raya dan kembali ke Damaskus setelah mengalami perjalanan yang menegangkan.

BBC telah mengajukan protes kepada militer Israel atas insiden tersebut, tetapi belum menerima tanggapan.