Kebakaran di Penjaringan: Korban Membutuhkan Uluran Tangan
Tragedi kebakaran yang melanda kawasan padat penduduk di Penjaringan, Jakarta Utara, menyisakan duka mendalam bagi ratusan keluarga. Api yang berkobar hebat pada Jumat (6/6/2025) siang, meluluhlantakkan tempat tinggal mereka, menghanguskan harta benda, dan meninggalkan trauma yang mendalam.
Kini, para korban kebakaran sangat membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak. Makanan, air bersih, pakaian layak pakai, dan alas tidur menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi. Banyak warga yang terpaksa tidur di atas puing-puing sisa kebakaran, tanpa alas yang memadai dan perlindungan dari dinginnya malam.
"Kami sangat membutuhkan bantuan makanan, sembako, dan air bersih," ujar Siswoyo, salah seorang korban kebakaran. "Untuk mandi saja kami kesulitan." Ia menambahkan, alas tidur dan selimut juga sangat dibutuhkan, mengingat kondisi tempat tinggal sementara yang sangat tidak layak.
Kisah serupa juga diungkapkan oleh Dodi, yang kehilangan seluruh pakaiannya dalam musibah kebakaran tersebut. "Saya hanya punya pakaian yang saya pakai ini saja," tuturnya dengan nada sedih. Ia berharap ada pihak yang dapat memberikan bantuan pakaian layak pakai.
Beberapa warga memilih untuk tidak mengungsi ke posko yang telah disediakan oleh pemerintah, karena khawatir barang-barang berharga yang tersisa akan hilang. Mereka lebih memilih untuk bertahan di dekat puing-puing rumah mereka, meskipun harus tidur dalam kondisi yang serba kekurangan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mendirikan tenda-tenda pengungsian untuk para korban kebakaran. Namun, bantuan yang diberikan masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak para korban. Uluran tangan dari masyarakat, organisasi sosial, dan perusahaan swasta sangat diharapkan untuk meringankan beban penderitaan para korban kebakaran di Penjaringan.
Kebakaran yang melanda kawasan Empang Damai Rawa Indah ini menghanguskan sekitar 450 unit rumah semi permanen yang berdiri di atas lahan seluas tiga hektare. Api dengan cepat merambat karena bangunan terbuat dari material yang mudah terbakar. Kerugian akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai Rp 8 miliar, dan berdampak pada 750 kepala keluarga.
Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab pasti kebakaran. Sementara itu, fokus utama saat ini adalah memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban agar mereka dapat segera bangkit dari keterpurukan.