Dari Deportasi ke Dominasi: Kisah Qian Xuesen, Ilmuwan yang Mengubah Lanskap Teknologi China
Deportasi Ilmuwan Berbakat Berdampak Signifikan pada Kemajuan Teknologi China
Kisah Qian Xuesen, seorang ilmuwan yang menjadi tokoh sentral dalam pengembangan program luar angkasa dan rudal China, menjadi sorotan. Museum di Shanghai menyimpan lebih dari 70.000 artefak yang didedikasikan untuknya. Kontribusi Qian yang monumental memungkinkan China meluncurkan satelit pertama ke luar angkasa dan mengembangkan rudal-rudal penting dalam persenjataan nuklirnya. Di China, ia dihormati sebagai pahlawan nasional, tetapi di Amerika Serikat, tempat ia menghabiskan lebih dari satu dekade untuk belajar dan bekerja, kontribusinya sering kali diabaikan.
Kisah Qian muncul kembali di media, termasuk New York Times, di tengah kebijakan imigrasi ketat yang diterapkan oleh pemerintahan AS. Kebijakan ini memicu perdebatan tentang potensi kerugian yang mungkin dialami AS akibat pengusiran individu-individu berbakat. Pada bulan Mei, pemerintah AS mengumumkan akan memperketat kebijakan visa bagi pelajar China, terutama yang terkait dengan Partai Komunis atau belajar di bidang-bidang sensitif.
Perjalanan Intelektual Qian Xuesen: Dari MIT ke Caltech
Qian Xuesen lahir pada tahun 1911. Setelah lulus dengan predikat terbaik dari Universitas Jiao Tong di Shanghai, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Pada tahun 1935, ia tiba di Boston dan melanjutkan pendidikannya di California Institute of Technology (Caltech), di bawah bimbingan Theodore von Karman, seorang insinyur aeronautika terkemuka. Di Caltech, Qian berkolaborasi dengan ilmuwan-ilmuwan terkemuka lainnya, termasuk Frank Malina, dalam proyek penelitian roket.
Pada awalnya, ilmu roket dianggap sebagai bidang yang tidak serius. Namun, pecahnya Perang Dunia II mengubah pandangan ini. Kelompok ilmuwan roket, yang dikenal sebagai "Suicide Squad," menarik perhatian militer AS, yang kemudian mendanai penelitian mereka tentang pesawat jet. Qian terlibat aktif dalam proyek ini dan memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan propulsi roket.
Karier yang Terhenti dan Tuduhan Komunisme
Karier Qian di AS mengalami kemunduran setelah berdirinya Republik Rakyat China pada tahun 1949. Muncul kecurigaan terhadap orang-orang China, dan Qian dituduh sebagai simpatisan komunis. FBI menuduh Qian dan ilmuwan lainnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.
Tuduhan itu didasarkan pada bukti yang meragukan, seperti kehadiran Qian dalam pertemuan sosial yang dicurigai sebagai pertemuan Partai Komunis Pasadena. Meskipun Qian membantah tuduhan tersebut, ia kehilangan izin keamanannya dan dikenakan tahanan rumah.
Deportasi dan Dampaknya pada Program Luar Angkasa China
Pada tahun 1955, Presiden Eisenhower memutuskan untuk mendeportasi Qian ke China. Ilmuwan itu kembali ke tanah airnya dan menjadi tokoh kunci dalam pengembangan program luar angkasa dan rudal China. Dalam waktu singkat, ia berhasil memimpin peluncuran satelit pertama China ke luar angkasa.
Ironisnya, program rudal yang dikembangkan oleh Qian kemudian digunakan untuk melawan kepentingan AS. Deportasi Qian dianggap sebagai kesalahan strategis yang signifikan oleh beberapa pengamat.
Warisan Qian Xuesen dan Relevansinya Saat Ini
Kisah Qian Xuesen menjadi peringatan tentang potensi kerugian yang dapat dialami suatu negara akibat pengusiran individu-individu berbakat. Di tengah ketegangan antara China dan AS saat ini, kisah Qian relevan karena menyoroti pentingnya keterbukaan dan penerimaan terhadap talenta dari seluruh dunia.
Qian Xuesen meninggal pada tahun 2009, tetapi warisannya tetap hidup. Kontribusinya telah mengubah lanskap teknologi China dan memberikan dampak signifikan pada hubungan internasional. Lokasi pendaratan wahana China di sisi terjauh Bulan dinamai Kawah Von Karman sebagai bentuk pengakuan terhadap mentor Qian.