Fadli Zon Tegaskan Peran Tak Tergantikan Soekarno-Hatta di Tengah Wacana Penulisan Ulang Sejarah
markdown Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan usai menghadiri pembukaan pameran foto karya Guntur Soekarnoputra di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa kedudukan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia adalah mutlak dan tidak dapat digantikan oleh siapapun. Penegasan ini muncul di tengah wacana penulisan ulang sejarah nasional yang sedang digulirkan oleh pemerintah. Fadli Zon secara eksplisit menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk meragukan atau mengubah fakta sejarah mengenai peran krusial kedua tokoh tersebut dalam mendirikan bangsa Indonesia.
"Terkait dengan sejarah itu saya kira kita semua tahu, bahwa Bung Karno dan Bung Hatta posisinya tidak bisa tergantikan sebagai proklamator," ujarnya, sembari menunjuk foto Soekarno dan Hatta yang dipajang di belakangnya.
Lebih lanjut, Fadli Zon menekankan bahwa pengakuan negara terhadap Soekarno dan Hatta sebagai pahlawan proklamator telah tertuang dalam berbagai ketetapan hukum. Keputusan presiden dan Tap MPR secara jelas mengukuhkan posisi mereka sebagai founding fathers yang tak tergantikan. Pernyataan ini seolah menjadi penegasan kembali di tengah potensi interpretasi yang beragam terhadap sejarah bangsa.
Selain itu, Fadli Zon mengapresiasi pameran foto "Potret Sejarah Bangsa" karya Guntur Soekarnoputra sebagai upaya memperkaya ingatan kolektif bangsa terhadap sejarah Indonesia. Menurutnya, pameran yang menampilkan karya-karya Guntur sejak tahun 1956 tersebut memiliki nilai seni yang tinggi sekaligus memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melihat sisi lain dari sejarah yang mungkin belum banyak diketahui.
"Pameran yang memperlihatkan sebuah perjalanan yang panjang dari karya beliau. Fotografi dari sejak tahun 1956. Yang mungkin masyarakat tidak banyak yang bisa menikmati ini," ungkap Fadli Zon.
Menanggapi pertanyaan mengenai bentuk apresiasi konkret pemerintah terhadap karya Guntur Soekarnoputra, Fadli Zon menyatakan akan membahasnya secara langsung dengan yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendukung dan menghargai karya-karya seni yang memiliki nilai sejarah dan budaya bagi bangsa.
Sebelumnya, Fadli Zon juga telah menyampaikan bahwa penulisan sejarah ulang yang dilakukan pemerintah akan dilakukan dengan perspektif yang positif dan konstruktif. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat persatuan bangsa dan menjadikan sejarah relevan bagi generasi muda, bukan untuk mencari-cari kesalahan di masa lalu. Ia menekankan bahwa pendekatan yang digunakan adalah Indonesia-sentris, dengan menghilangkan bias-bias kolonial yang mungkin masih melekat dalam penulisan sejarah sebelumnya.