Nabilah Ayu Ungkap Pengalaman Taaruf yang Belum Membuahkan Hasil
Aktris dan penyanyi Nabilah Ayu, yang dikenal luas sebagai mantan anggota grup idola JKT48, baru-baru ini berbagi cerita mengenai pengalamannya dalam menjalani proses taaruf. Pengalaman tersebut ia bagikan dalam sebuah acara talkshow yang mengungkap lika-liku kisah asmaranya.
Nabilah mengungkapkan bahwa dirinya sempat mencoba menjalin hubungan melalui jalur taaruf, sebuah pendekatan yang mengedepankan nilai-nilai agama dalam mencari pasangan hidup. Namun, setelah menjalani proses tersebut selama beberapa waktu, Nabilah merasa belum menemukan kecocokan dengan pria yang dikenalnya. Perbedaan prinsip dan visi hidup menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan proses taaruf tersebut tidak berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
"Memang dari akunya yang belum merasa klik. Mungkin memang belum ditakdirkan untuk berjodoh," ujar Nabilah dalam sebuah kesempatan wawancara. Ia menambahkan bahwa proses taaruf yang dijalaninya berlangsung kurang lebih selama dua hingga tiga bulan. Setelah pengalaman tersebut, Nabilah mengaku membutuhkan waktu untuk memulihkan diri sebelum kembali membuka hati untuk mencoba taaruf lagi. Trauma dan kekhawatiran akan kembali mengalami kegagalan menjadi pertimbangan utama baginya.
Nabilah juga mengungkapkan bahwa keluarganya, terutama kedua orang tuanya, tidak memberikan tekanan terkait pernikahan. Mereka memberikan kebebasan kepada Nabilah untuk menentukan pilihan hidupnya, termasuk dalam urusan mencari pasangan. Nabilah sendiri memiliki pandangan yang bijak mengenai pernikahan. Baginya, pernikahan bukanlah sebuah perlombaan yang harus dimenangkan secepat mungkin. Ia lebih memilih untuk menikmati setiap proses dalam hidupnya dan menyerahkan segala sesuatunya kepada takdir Tuhan.
"Mama dan papa santai saja soal pernikahan. Aku juga santai, karena menikah itu bukan ajang kompetisi. Aku lebih memilih untuk menikmati apa yang sudah menjadi ketetapan Allah," ungkapnya.
Saat ini, Nabilah mengaku lebih selektif dalam mencari calon pasangan. Ia tidak lagi terpaku pada penampilan fisik semata, melainkan lebih mengutamakan nilai-nilai spiritual dan karakter yang baik. Bagi Nabilah, hubungan yang baik dengan Tuhan, keluarga, dan sesama menjadi tolok ukur utama dalam menilai kualitas seseorang.
"Sekarang aku lebih melihat bagaimana hubungannya dengan Allah, dengan keluarga, dengan orang tua, dan dengan teman-temannya. Yang penting hatinya baik. Kalau hanya tampan, belum tentu hatinya juga baik," pungkas Nabilah. Pernyataan ini mencerminkan kedewasaan Nabilah dalam memandang arti pentingnya sebuah hubungan dan pernikahan. Ia berharap dapat menemukan pasangan yang tidak hanya mencintai dirinya, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur yang sejalan dengannya.
Dalam memilih pasangan hidup, Nabilah lebih mengedepankan beberapa aspek penting, yaitu:
- Ketaatan Agama: Nabilah mencari pasangan yang memiliki keyakinan agama yang kuat dan mampu membimbingnya dalam kehidupan spiritual.
- Hubungan Keluarga: Baginya, penting untuk melihat bagaimana calon pasangannya memperlakukan keluarganya sendiri. Hal ini mencerminkan bagaimana ia akan memperlakukan Nabilah dan keluarganya kelak.
- Karakter yang Baik: Nabilah mengutamakan calon pasangan yang memiliki hati yang baik, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki empati terhadap orang lain.
- Visi dan Misi Hidup: Kesamaan visi dan misi hidup menjadi pertimbangan penting bagi Nabilah agar dapat membangun masa depan bersama dengan harmonis.
Dengan kriteria yang jelas, Nabilah berharap dapat menemukan pasangan yang tepat dan membangun rumah tangga yang bahagia dan langgeng. Ia percaya bahwa dengan kesabaran dan keyakinan, ia akan dipertemukan dengan jodoh yang terbaik.