Indonesia Dorong Kerja Layak dan Keadilan Global di Konferensi Perburuhan Internasional
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Perburuhan Internasional (ILC) ke-113 di Jenewa, Swiss, sebuah forum krusial yang diselenggarakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Partisipasi aktif Indonesia dalam konferensi ini menyoroti komitmen negara terhadap isu-isu ketenagakerjaan global dan upaya untuk menciptakan dunia kerja yang lebih adil dan produktif.
Dalam forum yang mempertemukan para pemimpin dan ahli ketenagakerjaan dari seluruh dunia, delegasi Indonesia membawa tiga isu strategis yang dianggap relevan dengan agenda nasional dan selaras dengan prioritas ketenagakerjaan global. Isu-isu tersebut mencakup:
- Kerja Layak dalam Platform Ekonomi Digital: Indonesia menekankan perlunya regulasi yang komprehensif untuk melindungi pekerja digital dan memastikan platform ekonomi digital memberikan kepastian kerja dan perlindungan yang setara. Hal ini menjadi semakin penting mengingat pertumbuhan pesat ekonomi digital dan jumlah pekerja yang terlibat di dalamnya.
- Perlindungan dari Bahaya Biologis di Tempat Kerja: Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi prioritas utama, terutama dalam menghadapi potensi bahaya biologis di tempat kerja. Penguatan K3 dianggap esensial untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan mendukung keberlangsungan usaha.
- Transisi dari Sektor Informal ke Formal: Indonesia mendorong kebijakan inklusif yang dapat memperluas cakupan perlindungan sosial dan meningkatkan kompetensi kerja bagi pekerja informal. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi kerentanan pekerja informal dan memberikan mereka akses yang lebih baik ke hak-hak dan manfaat yang tersedia bagi pekerja formal.
Yassierli menekankan bahwa ketiga isu tersebut sangat relevan dengan arah kebijakan ketenagakerjaan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya untuk mewujudkan dunia kerja yang inklusif, adaptif, dan produktif. Partisipasi aktif delegasi Indonesia di ILC bukan hanya sekadar menyampaikan pandangan, tetapi juga merupakan strategi untuk memperkuat kerja sama global dan memastikan suara pekerja, pengusaha, dan pemerintah Indonesia didengar di tingkat internasional.
Keikutsertaan aktif Indonesia dalam ILC ke-113 diharapkan dapat memperkuat posisi negara dalam kerja sama ketenagakerjaan global dan mendorong terwujudnya kebijakan internasional yang berpihak pada perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Hal ini juga sejalan dengan upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan produktif, serta mendukung keberlangsungan usaha.
Delegasi Indonesia dalam ILC ke-113 dibentuk berdasarkan prinsip tripartit, yang melibatkan unsur pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja/buruh. Hal ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendorong dialog sosial sebagai fondasi pembangunan ketenagakerjaan yang berkeadilan.
"Kami ingin dunia kerja menjadi ruang yang adil dan terbuka bagi semua. Oleh karena itu, melalui konferensi ini, kami berharap delegasi Indonesia membawa semangat kolaboratif untuk merumuskan solusi nyata, tidak hanya bagi ketenagakerjaan di Indonesia, tetapi juga untuk komunitas global," ujar Yassierli.
Selama ILC ke-113, delegasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia berpartisipasi aktif dalam berbagai sidang komite dan pleno, termasuk Komite Keuangan, Komite Urusan Umum, Komite Diskusi Umum, dan Komite Aplikasi Standar.
Selain itu, Menteri Yassierli juga dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan tingkat regional seperti Asia-Pacific Group Ministers Meeting, ASEAN Labour Leader Meeting, ASEAN Breakfast Ministers Meeting, serta rapat bilateral dengan Dirjen ILO dan sejumlah negara mitra.
Yassierli akan menyampaikan pernyataan nasional Indonesia pada sidang pleno ILC yang mengangkat laporan Dirjen ILO bertajuk "Jobs, Rights, and Growth: Reinforcing the Connection". Laporan ini menekankan pentingnya keterkaitan antara pekerjaan, pemenuhan hak, dan pertumbuhan ekonomi yang produktif.