Perjuangan Alfita: Gadis Yatim Piatu di Jombang Hadapi Hidup Sendiri Pasca Kepergian Nenek Tercinta

Di sebuah desa di Jombang, Jawa Timur, kisah pilu seorang gadis bernama Alfita Surya Dewi mengundang simpati banyak pihak. Di usia yang masih belia, 15 tahun, Alfita harus menghadapi kenyataan hidup seorang diri setelah nenek yang selama ini menjadi satu-satunya keluarga sekaligus tumpuan hidupnya, Saripah (80), berpulang. Saripah menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Jombang pada Kamis, 5 Juni 2025, meninggalkan Alfita dalam kesendirian.

Kisah Alfita memang penuh liku. Ia telah kehilangan ibundanya sejak lahir, saat melahirkan dirinya beserta saudara kembarnya, Elfita. Sang ayah dan kakak tinggal terpisah, membuat Alfita diasuh oleh neneknya sejak usia 5 tahun, tepatnya sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kini, saudara kembarnya, Elfita, tinggal bersama keluarga dari pihak ibu di Surabaya. Kehilangan nenek menjadi pukulan berat bagi Alfita, yang selama ini tidak hanya menjadi cucu, tetapi juga perawat dan sahabat bagi Saripah.

Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi, menuturkan bahwa untuk sementara waktu, Alfita dititipkan di rumah salah seorang warga yang bersedia menampung. "Kami menghormati keinginannya yang tidak mau tinggal di panti asuhan. Untuk sementara, dia bersama tetangga sambil menunggu kemungkinan keluarga yang bersedia merawat," ungkap Erwin. Pihak desa berkomitmen untuk terus mendampingi Alfita dalam menjalani kehidupan barunya, memberikan dukungan moral dan materiil yang dibutuhkan.

Alfita sendiri baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tengah mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia bertekad untuk tetap menggapai cita-citanya meski dilanda kesedihan mendalam. Semangat Alfita untuk terus belajar dan meraih pendidikan patut diacungi jempol.

Sejak neneknya menderita osteoporosis dan mengalami kelumpuhan, Alfita dengan tabah merawat Saripah seorang diri. Ia membagi waktunya antara sekolah sebagai siswi kelas 9 di SMP Negeri 1 Jombang dan mengurus sang nenek. Kondisi ekonomi yang terbatas tidak menyurutkan semangat Alfita untuk memberikan yang terbaik bagi neneknya. Rumah mereka yang sederhana, meski tidak dilengkapi dengan perabotan yang memadai, selalu terjaga kebersihannya. Di ruang tamu, hanya terdapat tikar dan kursi roda nenek yang selalu diletakkan di dekat pintu.

Alfita dikenal oleh para tetangga sebagai anak yang berbakti, cerdas, dan mandiri. Dukungan dari lingkungan sekitar pun mengalir deras, membantu Alfita dalam berbagai keperluan, mulai dari urusan administrasi, pendidikan, hingga kebutuhan sehari-hari. Kisah Alfita dan neneknya bahkan sampai menarik perhatian Wakil Ketua DPRD Jombang, Donny Anggun. Donny bersama Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi, mengunjungi kediaman mereka untuk memastikan hak-hak dasar Saripah dan Alfita terpenuhi.

"Kami datang untuk memastikan mereka mendapat hak layanan kesehatan dan pendidikan," ujar Donny. Dalam kunjungan tersebut, diketahui bahwa Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik Saripah masih berstatus non-Penerima Bantuan Iuran (non-PBI), yang berarti biaya pengobatan ditanggung sendiri. Donny kemudian berkoordinasi dengan perangkat desa untuk mengubah status KIS Saripah menjadi PBI agar iurannya ditanggung oleh pemerintah. Sementara itu, Alfita sendiri sudah terdaftar sebagai penerima Program Indonesia Pintar (PIP) dan mendapatkan beasiswa lainnya.

Kisah Alfita ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah kesulitan hidup, semangat, ketabahan, dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat menjadi kekuatan besar untuk terus melangkah maju. Alfita adalah inspirasi bagi kita semua untuk tidak mudah menyerah pada keadaan dan terus berjuang menggapai mimpi.