Nestapa Waria Korban Kebakaran Kapuk Muara: Kehilangan Tempat Tinggal dan Alat Pencaharian

Kebakaran dahsyat yang melanda Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam bagi banyak warga, termasuk komunitas waria yang tinggal di kawasan tersebut. Di tengah hiruk pikuk tenda pengungsian yang serba terbatas, mereka mencoba tegar menatap masa depan, meski bayang-bayang ketidakpastian menghantui.

Mata Medi (52) menerawang jauh, mencoba mengais sisa-sisa kenangan dari puing-puing kamarnya yang kini rata dengan tanah. Delapan tahun sudah ia menumpang hidup di kontrakan sederhana berukuran 3x2 meter itu. Kini, ia dan belasan rekannya sesama waria harus berbagi tempat di tenda pengungsian, menunggu uluran tangan dermawan dan berharap ada secercah harapan di tengah kesulitan.

"Bersyukur masih bisa tidur dan makan," ucap Medi lirih, mencoba menghibur diri. Panasnya udara di tenda pengungsian memang tak tertahankan, apalagi tanpa adanya kipas angin. Namun, baginya, yang terpenting saat ini adalah bisa bertahan hidup.

Medi dan 14 rekannya sehari-hari mencari nafkah sebagai pengamen. Mereka berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta, menghibur masyarakat dengan suara dan penampilan mereka. Namun, musibah kebakaran itu datang tanpa diduga, merenggut tempat tinggal dan sebagian alat pencaharian mereka.

"Kejadiannya pas hari Jumat, waktu orang-orang lagi pada salat," kenang Medi. Saat itu, ia dan teman-temannya sedang bersiap-siap untuk mengamen. Namun, teriakan histeris warga yang melihat kobaran api membuat mereka panik dan berlarian menyelamatkan diri.

"Yang penting surat-surat berharga selamat," ujarnya. Map berisi KTP, KK, dan ijazah menjadi satu-satunya harta benda yang berhasil diselamatkan. Baju-baju untuk mengamen terpaksa ditinggalkan, demi menyelamatkan identitas diri.

Kini, Medi dan teman-temannya menghadapi tantangan yang lebih berat. Bukan hanya kehilangan tempat tinggal, mereka juga harus mencari kontrakan baru yang mau menerima keberadaan mereka. Stigma dan diskriminasi terhadap waria masih menjadi persoalan yang pelik.

"Kita ini kan waria, ngamen lagi. Kadang-kadang lingkungan nggak nerima," keluhnya. Mereka berharap bisa mendapatkan tempat tinggal yang aman dan nyaman, di mana mereka bisa diterima tanpa dihakimi.

Sedikit bantuan dana, kata Medi, akan sangat berarti bagi mereka untuk mencari kontrakan baru di sekitar Kapuk Muara. Mereka ingin mencari tempat yang warganya sudah mengenal dan menerima mereka apa adanya.

"Kalau bisa sih, sumbangan uang aja. Buat nyari kontrakan baru yang welcome sama kita," harapnya.

Selama ini, Medi menyewa kamar seharga Rp 300 ribu per bulan. Namun, untuk bisa mengontrak lagi, mereka harus memulai semuanya dari nol. Sebagian alat musik dan perlengkapan mengamen mereka juga ikut hangus terbakar.

"Ada yang music box-nya kebawa, ada juga yang nggak," tutur Medi. Mereka harus mengumpulkan uang, minimal untuk membayar sewa kamar sebulan. Sebuah perjuangan berat bagi mereka yang baru saja kehilangan segalanya.

Harapan mereka sederhana, bisa segera bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalani hidup dengan layak. Namun, untuk mewujudkan harapan itu, uluran tangan dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.

Daftar Kerugian dan Kebutuhan Mendesak:

  • Kehilangan tempat tinggal (kontrakan)
  • Kehilangan sebagian alat musik dan perlengkapan mengamen
  • Kebutuhan mendesak: dana untuk menyewa kontrakan baru
  • Harapan: diterima dan dihormati oleh masyarakat sekitar