Pengungsi Kebakaran Kapuk Muara Keluhkan Keterbatasan dan Cara Penggunaan Toilet Portabel
Musibah kebakaran yang melanda Kampung Sawah, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Jumat (6/6/2025) telah menyisakan duka mendalam bagi ribuan warga. Ratusan bangunan ludes dilalap api, memaksa ribuan jiwa mengungsi di tenda-tenda darurat yang didirikan di lahan kosong. Di tengah kondisi serba kekurangan, para pengungsi menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah keterbatasan dan kesulitan dalam menggunakan fasilitas toilet portabel yang disediakan.
Seorang pengungsi bernama Sumarni (64) mengungkapkan kegelisahannya terkait penggunaan toilet portabel. Ia mengaku kesulitan beradaptasi dengan sistem toilet modern tersebut. "Banyak yang tidak mengerti cara pakainya. Ini kan WC umum yang harus diinjak untuk menyiram," ujarnya. Faktor usia juga menjadi kendala bagi Sumarni, yang merasa tidak terbiasa dengan teknologi toilet portabel.
Selain masalah teknis penggunaan, ketersediaan air bersih di toilet portabel juga menjadi persoalan. Sumarni mengeluhkan seringkali air tidak keluar saat hendak digunakan. Hal ini tentu menambah kesulitan bagi para pengungsi, terutama dalam menjaga kebersihan diri.
Jumlah toilet portabel yang tersedia juga dinilai tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang mencapai ribuan jiwa. Akibatnya, antrean panjang tak terhindarkan, menambah rasa tidak nyaman dan frustrasi para pengungsi.
Menurut pantauan di lokasi pengungsian, terdapat sekitar 12 unit toilet portabel yang ditempatkan di dekat tenda-tenda pengungsian. Selain itu, PAM Jaya juga menyediakan dua toren air bersih untuk memenuhi kebutuhan air para pengungsi.
Namun, berbeda dengan Sumarni, seorang pengungsi lain bernama Misti (49) justru merasa terbantu dengan keberadaan toilet portabel. "Alhamdulillah cukup untuk mandi dan buang air. Air bersih juga tersedia," ungkapnya. Misti justru menyoroti kekurangan bantuan berupa pakaian yang layak.
Kebakaran besar di Kampung Sawah, Kapuk Muara, Penjaringan, menghanguskan 485 bangunan dan berdampak pada 3.200 jiwa. Proses pemadaman api berlangsung selama 12 jam akibat akses yang sulit dan sumber air yang terbatas. Hingga saat ini, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, Kementerian Sosial, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta terus berupaya memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban kebakaran. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, termasuk sanitasi yang layak.