Misteri Kerikil Jumrah: Dari Lantai Jamarat ke Daur Ulang Ibadah Haji
Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, sarat dengan ritual yang memiliki makna mendalam. Salah satunya adalah lempar jumrah, sebuah simbol perlawanan terhadap godaan setan. Jutaan jemaah haji dari seluruh dunia setiap tahunnya berpartisipasi dalam ritual ini, menggunakan kerikil untuk melambangkan penolakan terhadap kejahatan. Namun, kemana perginya kerikil-kerikil tersebut setelah ritual selesai?
Prosesi Lempar Jumrah dan Maknanya
Lempar jumrah dilaksanakan pada tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah di Mina. Jemaah haji melemparkan kerikil ke tiga tiang yang melambangkan setan: Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah. Tindakan ini meneladani Nabi Ibrahim AS yang menolak godaan setan untuk tidak menaati perintah Allah SWT. Mayoritas ulama berpendapat bahwa lempar jumrah hukumnya wajib dalam ibadah haji, bukan termasuk rukun. Bagi jemaah yang berhalangan melakukannya, wajib membayar dam atau denda.
Alur Kerikil Pasca-Jumrah
Setelah dilemparkan, kerikil-kerikil tersebut jatuh ke ruang bawah tanah yang terletak di bawah area Jamarat. Ruangan ini memiliki kedalaman sekitar 15 meter. Proses pembersihan dan pengelolaan kerikil bekas lemparan jumrah menjadi perhatian serius. Kerikil-kerikil tersebut dikumpulkan dengan menggunakan ban berjalan (conveyor belt). Selanjutnya, kerikil disaring dan dibersihkan dengan semprotan air bertekanan tinggi untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel.
Daur Ulang Kerikil: Siklus Berkelanjutan
Setelah dibersihkan, kerikil dipindahkan menggunakan truk ke lokasi penyimpanan khusus. Kerikil yang sudah dibersihkan ini kemudian didistribusikan kembali kepada jemaah haji pada musim haji berikutnya. Pemerintah Arab Saudi menyediakan kantong-kantong berisi kerikil di sekitar Jembatan Jamarat di Mina dan sekitar 300 titik di Muzdalifah, memudahkan jemaah untuk mendapatkan kerikil yang dibutuhkan. Langkah ini menunjukkan upaya pengelolaan logistik yang efisien dan berkelanjutan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Proses daur ulang kerikil ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memastikan ketersediaan kerikil bagi jutaan jemaah haji setiap tahunnya.
Dengan demikian, kerikil-kerikil yang digunakan dalam lempar jumrah tidak hilang begitu saja. Mereka mengalami proses daur ulang yang cermat, mencerminkan komitmen untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan selama musim haji. Siklus ini memastikan bahwa ritual penting ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun.