Analisis Politik: Jokowi Lebih Condong ke PSI Dibandingkan Golkar dan PPP
Pengamat politik dari Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, memberikan analisisnya terkait isu yang beredar mengenai kemungkinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bergabung dengan partai politik. Adi Prayitno menilai bahwa Jokowi lebih dekat dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dibandingkan dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) maupun Partai Golongan Karya (Golkar).
Menurut Adi Prayitno, kedekatan Jokowi dengan PSI sangat terlihat dari berbagai pernyataan dan tindakan politik yang diambil. Ia mengatakan bahwa PSI menjadikan Jokowi sebagai referensi utama dalam setiap langkah politiknya. "Setiap nafas politik PSI, orkestrasi politik PSI, manuver politik PSI adalah banyak hal. Itu kiblat politiknya hanya dengan Jokowi," ujar Adi Prayitno, Minggu (8/6/2025).
Adi Prayitno menambahkan, sinergi antara Jokowi dan PSI merupakan hubungan mutualisme yang saling menguntungkan dan membutuhkan. Ia menjelaskan bahwa hal ini menjadi alasan mengapa Jokowi secara gestur dan pernyataan lebih condong ke PSI dibandingkan partai lain. "PSI itu identik dengan Jokowi, PSI itu adalah 11-12 dengan Jokowi," tegasnya.
Menanggapi isu Jokowi yang dikaitkan dengan posisi Ketua Umum Golkar atau PPP, Adi Prayitno berpendapat bahwa hal tersebut kurang relevan. Ia menjelaskan bahwa Jokowi memiliki daya tarik yang kuat untuk menarik loyalis. Jika Jokowi bergabung dengan salah satu partai tersebut, diharapkan para pendukungnya akan beralih menjadi pemilih partai tersebut. Namun, dalam konteks saat ini, Adi Prayitno meyakini bahwa Jokowi lebih relevan jika dikaitkan dengan PSI.
"Dalam konteks itu, saya kira Jokowi menurut saya sudah nggak relevan dikaitkan dengan Golkar, sudah nggak relevan dikaitkan dengan PPP, dan Jokowi memang relevannya itu jika hanya dikaitkan dengan PSI," tuturnya.
Sebelumnya, Jokowi sendiri telah menanggapi kabar mengenai dirinya yang diusulkan menjadi calon ketua umum PPP. Ia menyatakan lebih tertarik untuk tetap berada di PSI. "Yang di PPP, saya kira banyak caketum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi. Banyak itu calon yang sudah beredar kan banyak. Saya di PSI saja lah," kata Jokowi, Jumat (6/6), di Solo.
Sementara itu, Ketua DPP PPP Syaifullah Tamliha menegaskan bahwa partainya tidak pernah secara formal melamar Jokowi untuk menjadi calon ketua umum. Ia menghormati hak politik Jokowi untuk menjadikan PSI sebagai kendaraan politiknya. PPP, menurutnya, memiliki stok calon ketua umum yang cukup dan masih memiliki waktu untuk menjaring calon-calon terbaik menjelang Muktamar yang akan digelar pada bulan September mendatang.
Berikut poin penting dalam berita ini:
- Adi Prayitno menilai Jokowi lebih condong ke PSI.
- PSI menjadikan Jokowi sebagai kiblat politik.
- Jokowi dianggap tidak relevan jika dikaitkan dengan Golkar atau PPP.
- Jokowi menyatakan lebih tertarik di PSI.
- PPP tidak pernah melamar Jokowi menjadi caketum.