Skandal Gaya Hidup Mewah Putra Perdana Menteri Memicu Krisis Politik di Mongolia
Ulaanbaatar, Mongolia - Gonjang-ganjing politik melanda Mongolia setelah Perdana Menteri Luvsannamsrai Oyun-Erdene mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Selasa (3/6/2025). Keputusan ini diambil di tengah gelombang kritik publik dan mosi tidak percaya yang dilayangkan parlemen, dipicu oleh gaya hidup mewah yang dipamerkan putra sang perdana menteri di media sosial.
Oyun-Erdene, yang menjabat sejak tahun 2021, kehilangan dukungan mayoritas parlemen. Dalam pemungutan suara, hanya 44 dari 126 anggota parlemen yang menyatakan dukungan kepadanya, jauh di bawah persyaratan untuk mempertahankan jabatannya.
"Pemerintah tidak lagi memiliki legitimasi untuk memimpin negara," ujar Oyun-Erdene dalam pernyataan resminya, seraya menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan untuk melayani rakyat Mongolia.
Skandal ini bermula dari viralnya unggahan media sosial yang menampilkan kemewahan gaya hidup putra sang perdana menteri. Pertunangan mewah yang menampilkan hotel mewah dan barang-barang bermerek memicu amarah publik yang sedang bergulat dengan kesulitan ekonomi.
Publik mempertanyakan sumber kekayaan keluarga perdana menteri, mengingat rekam jejak Oyun-Erdene yang dikenal berasal dari keluarga sederhana di pedesaan.
Seorang warga Ulaanbaatar, yang hanya ingin dikenal sebagai Amina, menyampaikan kekecewaannya kepada media lokal. "Di tengah kesulitan ekonomi yang dihadapi rakyat, gaya hidup mewah mereka terasa seperti penghinaan. Dari tas mewah, helikopter pribadi, hingga pesta eksklusif, semua itu tidak masuk akal tanpa sumber pendapatan yang jelas," ujarnya.
Amina menambahkan bahwa ketimpangan sosial-ekonomi di Mongolia semakin mencolok ketika para pemimpin negara justru mempertontonkan kemewahan. "Banyak warga harus mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk pajak. Biaya hidup terus meningkat, dan banyak orang bertahan hidup dengan berutang," keluhnya.
Krisis ini juga menandai keruntuhan koalisi tiga partai yang sebelumnya menopang pemerintahan Oyun-Erdene. Koalisi yang dibentuk pada Juli tahun lalu, terdiri dari Partai Rakyat Mongolia dan dua partai oposisi. Mereka terpaksa berkoalisi karena hasil pemilu sebelumnya tidak memberikan mayoritas mutlak kepada partai penguasa.
Skandal gaya hidup mewah keluarga perdana menteri telah mendorong beberapa anggota koalisi untuk menarik dukungan mereka dan mendesak pengunduran dirinya. Puncaknya adalah demonstrasi selama dua minggu di ibu kota Ulaanbaatar, dengan mayoritas peserta berasal dari generasi muda.
Aksi protes tersebut mencerminkan kekecewaan publik terhadap para pejabat pemerintah yang dianggap tidak peduli terhadap realitas kehidupan masyarakat luas. Demonstrasi menjadi simbol ketidakpuasan yang mendalam terhadap ketidaksetaraan dan kurangnya akuntabilitas di kalangan elit politik Mongolia.