Jakarta Timur dan Barat Berada di Tingkat Kerawanan Kebakaran Tertinggi di DKI Jakarta Selama Dua Tahun Terakhir
DKI Jakarta menghadapi tantangan serius terkait kebakaran dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, tercatat sebanyak 1.653 kasus kebakaran terjadi di seluruh wilayah ibu kota selama periode 2023 hingga 2024. Analisis data menunjukkan adanya disparitas signifikan dalam sebaran kejadian kebakaran antar wilayah administrasi.
Jakarta Timur muncul sebagai wilayah dengan jumlah kasus kebakaran tertinggi. Pada tahun 2023, tercatat 223 kasus kebakaran di Jakarta Timur, diikuti oleh 217 kasus pada tahun 2024. Dengan demikian, total kejadian kebakaran di Jakarta Timur mencapai 440 kasus selama dua tahun terakhir. Jakarta Barat menempati urutan kedua dengan total 407 kasus kebakaran selama periode yang sama. Angka ini menunjukkan bahwa Jakarta Timur dan Jakarta Barat menjadi wilayah dengan tingkat kerawanan kebakaran tertinggi di DKI Jakarta.
Berikut rincian sebaran kasus kebakaran di DKI Jakarta selama periode 2023-2024:
- Tahun 2023:
- Jakarta Timur: 223 kasus
- Jakarta Barat: 205 kasus
- Jakarta Selatan: 164 kasus
- Jakarta Utara: 157 kasus
- Jakarta Pusat: 110 kasus
- Kepulauan Seribu: 5 kasus
- Tahun 2024:
- Jakarta Timur: 217 kasus
- Jakarta Barat: 202 kasus
- Jakarta Selatan: 143 kasus
- Jakarta Utara: 130 kasus
- Jakarta Pusat: 96 kasus
- Kepulauan Seribu: 1 kasus
Korsleting listrik diidentifikasi sebagai penyebab utama kebakaran di Jakarta. Data BPBD menunjukkan bahwa korsleting listrik bertanggung jawab atas sekitar 69,5 persen dari total kasus kebakaran, atau setara dengan 1.148 kasus. Ketua Sub Kelompok Pencegahan BPBD DKI Jakarta, Rian Sarsono, menjelaskan bahwa mayoritas kebakaran akibat korsleting listrik terjadi di permukiman padat penduduk dengan instalasi listrik yang tidak memenuhi standar keamanan.
"Listrik dan rumah tinggal menjadi fokus utama kami dalam meningkatkan kesiapsiagaan kebakaran, dimulai dari tingkat rumah tangga," ujar Rian Sarsono.
Selain korsleting listrik, penyebab kebakaran lainnya meliputi kebocoran tabung gas, pembakaran sampah ilegal, dan penggunaan lilin. Namun, kontribusi penyebab-penyebab ini relatif kecil dibandingkan dengan kasus kebakaran yang disebabkan oleh masalah kelistrikan.
Faktor kepadatan penduduk dan karakteristik permukiman diyakini menjadi faktor yang memperburuk risiko kebakaran. Wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Jakarta Timur dan Jakarta Barat, cenderung memiliki permukiman semi permanen dengan akses terbatas bagi petugas pemadam kebakaran. Kondisi ini meningkatkan potensi penyebaran api dan mempersulit upaya pemadaman.
BPBD DKI Jakarta menekankan pentingnya edukasi masyarakat mengenai keamanan instalasi listrik dan peran aktif warga dalam mencegah kebakaran. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya memperkuat program penyuluhan keselamatan kebakaran berbasis komunitas dan mendorong pengecekan instalasi listrik rumah tangga secara berkala.
"Kami berharap masyarakat dapat lebih waspada dan memperhatikan keselamatan instalasi listrik, terutama di lingkungan padat penduduk," kata Rian Sarsono.
Dengan ancaman kebakaran yang masih tinggi, terutama di Jakarta Timur dan Jakarta Barat, Pemprov DKI Jakarta diharapkan dapat meningkatkan upaya pencegahan melalui edukasi masyarakat, inspeksi kelistrikan, dan peningkatan kesiapsiagaan warga di tingkat RT/RW.