Sindrom Takotsubo: Studi Ungkap Risiko Lebih Tinggi pada Pria Akibat Stres Akut

Kardiomiopati takotsubo, atau yang lebih dikenal sebagai sindrom patah hati, merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika jantung mengalami disfungsi mendadak akibat stres emosional atau fisik yang ekstrem. Kasus terbaru seorang pria berusia 59 tahun di Beijing menjadi sorotan, setelah ia mengalami nyeri dada hebat dan sesak napas menjelang prosedur medis rutin. Diagnosis mengungkap bahwa pria tersebut menderita takotsubo, dipicu oleh kecemasan mendalam pasca operasi tumor kandung kemih.

Sindrom ini mendapatkan namanya dari bentuk jantung yang menyerupai pot penangkap gurita (蛸壺, takotsubo) saat terjadi. Lonjakan hormon stres seperti adrenalin dan katekolamin menyebabkan otot jantung melemah dan sebagian mengalami disfungsi. Gejala yang timbul seringkali menyerupai serangan jantung, termasuk nyeri dada, palpitasi, dan aritmia. Meskipun lebih umum terjadi pada wanita, studi terbaru menunjukkan bahwa pria yang terkena takotsubo memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association menganalisis data dari hampir 200.000 pasien sindrom patah hati di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kematian pada pria dua kali lebih tinggi dibandingkan wanita, mencapai 11,2 persen. Para peneliti menduga bahwa perbedaan hormonal antara pria dan wanita memainkan peran kunci dalam perbedaan risiko ini. Pria cenderung menghasilkan lebih banyak katekolamin saat stres, membuat mereka lebih rentan terhadap kerusakan jantung akut akibat takotsubo. Selain itu, hormon estrogen pada wanita dianggap memiliki efek perlindungan terhadap sistem kardiovaskular.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko lebih tinggi pada pria adalah potensi bias diagnosis. Karena sindrom ini lebih sering didiagnosis pada wanita, dokter mungkin tidak langsung mencurigai takotsubo pada pasien pria, yang dapat menunda pengobatan yang diperlukan. Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dapat berakibat fatal, karena komplikasi sindrom patah hati bisa mencakup serangan jantung, stroke, pembekuan darah, dan gagal jantung.

Para ahli menekankan pentingnya kesadaran akan sindrom takotsubo dan penanganan yang cepat. Meskipun kondisi ini dapat mengancam jiwa, fungsi jantung seringkali dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu jika didiagnosis dan diobati dengan tepat. Selain itu, pengelolaan stres kronis melalui teknik seperti meditasi dan olahraga teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan dan memberikan ketahanan terhadap situasi tak terduga.

Kasus pria di Beijing menyoroti hubungan erat antara kesehatan emosional dan fisik. Pemahaman yang lebih baik tentang sindrom takotsubo, terutama perbedaan risiko antara pria dan wanita, sangat penting untuk diagnosis dini dan penanganan yang efektif.

Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh sindrom takotsubo:

  • Serangan jantung
  • Stroke
  • Pembekuan darah
  • Gagal jantung