Indonesia Jajaki Potensi Bandara Taif sebagai Alternatif Pintu Masuk Jemaah Haji dan Umrah

Pemerintah Indonesia tengah menjajaki kemungkinan penggunaan Bandara Internasional Taif di Mekkah, Arab Saudi, sebagai salah satu alternatif pintu masuk bagi jemaah haji dan umrah asal Indonesia. Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyampaikan bahwa secara teknis Bandara Taif memenuhi syarat untuk melayani penerbangan haji dan umrah.

Diskusi mengenai potensi pemanfaatan Bandara Taif ini dilakukan dalam pertemuan antara Anggota Amirul Hajj Indonesia 2025 dengan perwakilan Otoritas Bandara Internasional Taif di Mekkah. Pertemuan tersebut membahas secara mendalam mengenai kesiapan infrastruktur, prosedur operasional, serta koordinasi yang diperlukan untuk memastikan kelancaran proses kedatangan dan keberangkatan jemaah.

Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendiversifikasi jalur kedatangan jemaah haji dan umrah, yang selama ini terpusat di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah dan Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz di Madinah. Dengan adanya alternatif bandara, diharapkan dapat mengurangi kepadatan di kedua bandara utama tersebut dan memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi para jemaah.

"Bandara Taif dapat menjadi opsi selain Jeddah dan Madinah, khususnya untuk mengurangi penumpukan. Jarak antara Bandara Taif dan Mekkah juga relatif dekat, hanya sekitar 70 kilometer," ujar Menhub Dudy.

Pada musim haji tahun ini, Bandara Taif telah mulai digunakan untuk melayani kedatangan jemaah haji khusus asal Indonesia. Sebanyak 44 jemaah haji khusus tiba di Bandara Internasional Taif. Hal ini menjadi catatan penting sebagai langkah awal diversifikasi jalur masuk jemaah haji ke Arab Saudi.

Hingga 28 Mei 2025, data dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama mencatat bahwa total jemaah haji khusus yang telah tiba di Arab Saudi mencapai 10.654 orang. Sebagian besar jemaah tiba melalui Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah (6.205 jemaah atau 60%), sementara sisanya melalui Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz, Madinah (4.449 jemaah).

Penggunaan Bandara Taif diharapkan dapat memberikan sejumlah keuntungan, antara lain:

  • Mengurangi Kepadatan: Mendistribusikan arus kedatangan jemaah dari Jeddah dan Madinah.
  • Efisiensi Waktu: Jarak yang relatif dekat antara Bandara Taif dan Mekkah dapat mempersingkat waktu perjalanan darat bagi jemaah.
  • Peningkatan Kenyamanan: Memberikan pilihan alternatif yang lebih nyaman bagi jemaah, terutama bagi mereka yang memiliki preferensi tertentu terkait lokasi kedatangan.

Dengan mempertimbangkan potensi manfaat yang signifikan, pemerintah Indonesia akan terus melakukan koordinasi intensif dengan pihak terkait di Arab Saudi untuk memastikan kesiapan dan kelancaran operasional Bandara Taif sebagai salah satu pintu masuk bagi jemaah haji dan umrah Indonesia di masa mendatang.