Kementan Ungkap Ketidaksetaraan Pendapatan Petani: Hanya Rp3,7 Juta Per Bulan
Kementerian Pertanian (Kementan) menyoroti disparitas pendapatan yang dialami petani di Indonesia. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti, mengungkapkan bahwa pendapatan rata-rata petani per bulan hanya mencapai Rp3,7 juta.
Angka ini dinilai tidak sepadan dengan kontribusi mereka dalam rantai pasok pertanian. Idha menjelaskan bahwa estimasi keuntungan dari produksi padi di Indonesia mencapai Rp360 triliun per musim tanam, dengan asumsi biaya produksi Rp17,63 juta per hektare pada lahan seluas 11 juta hektare dan total produksi 30 juta ton.
Dari total perputaran uang tersebut, petani Indonesia hanya menerima sekitar Rp146 triliun. Jika dibagi rata kepada 29 juta petani, maka setiap petani hanya mendapatkan Rp3,7 juta per bulan. Idha menilai pembagian ini tidak adil jika dibandingkan dengan pihak lain yang terlibat dalam industri pertanian.
"Untuk petani, pendapatan yang diterima hanya Rp146 triliun. Jika dibagi rata kepada 29 juta petani, hasilnya hanya Rp3,7 juta per bulan per petani. Ini terasa kurang adil dibandingkan dengan pihak lain," ujar Idha dalam Diskusi Akademik Himpunan Alumni Fateta IPB di IPB Convention Center, Bogor.
Keuntungan dari produksi padi juga dinikmati oleh perusahaan pupuk, Perum Bulog, dan pengusaha penggilingan padi. Untuk mengatasi masalah ini, Kementan telah meluncurkan program baru bernama Brigade Pangan, yang bertujuan untuk menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Program Brigade Pangan untuk Petani Muda
Pemerintah akan memberikan dukungan kepada petani muda dalam membentuk kelembagaan yang kuat. Setiap kelompok Brigade Pangan akan terdiri dari 15 orang dan akan mengelola lahan pertanian seluas 200 hektare per kelompok.
Idha menekankan bahwa pendapatan petani tidak akan meningkat jika mereka terus menggunakan metode bertani tradisional, terutama jika mereka menggarap lahan yang kecil.
"Mereka dikumpulkan dengan skala usaha yang efisien. Penghasilan tidak akan besar jika menggunakan cara bertani lama, misalnya menggarap lahan yang kecil-kecil," jelas Idha.
Modernisasi Pertanian dengan Alsintan
Selain lahan garapan yang memadai, kelompok petani juga akan dilengkapi dengan alat dan mesin pertanian (alsintan). Modernisasi pertanian diharapkan dapat mengurangi biaya produksi hingga 50% dan meningkatkan produktivitas hingga 100%.
Dengan berbagai upaya perbaikan ini, diharapkan pendapatan petani Indonesia dapat meningkat secara signifikan. Petani yang telah berpartisipasi dalam program Brigade Pangan telah berhasil meningkatkan pendapatan mereka hingga rata-rata Rp10 juta per bulan.
"Mereka melakukan kegiatan pertanian dengan harapan pendapatan mereka minimal Rp10 juta per orang. Jadi, yang tadinya Rp3,7 juta per bulan bisa ditingkatkan hingga rata-rata Rp10 juta per orang," kata Idha.