Mouth Taping: Tren Viral Penutup Mulut Saat Tidur, Antara Manfaat dan Risiko Kesehatan
Mouth Taping: Efek Jangka Panjang dan Pertimbangan Medis
Mouth taping, atau menutup mulut dengan plester saat tidur, tengah menjadi tren yang ramai diperbincangkan di media sosial. Praktik ini diklaim memiliki sejumlah manfaat, mulai dari mengurangi dengkuran, meningkatkan kualitas pernapasan melalui hidung, hingga mengatasi masalah mulut kering dan bau mulut. Beberapa bahkan meyakini mouth taping dapat memengaruhi struktur rahang dan wajah. Namun, dari sudut pandang medis, apakah tren ini benar-benar aman dan efektif, atau justru menyimpan potensi bahaya?
Mendengkur adalah suara yang dihasilkan oleh getaran jaringan lunak di saluran pernapasan bagian atas saat tidur. Kondisi ini umum terjadi karena otot-otot tubuh cenderung lebih rileks saat beristirahat. Mendengkur lebih sering terjadi pada pria dan umumnya tidak berbahaya jika hanya sesekali. Akan tetapi, jika terjadi secara terus-menerus, perlu diwaspadai karena bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang lebih serius, seperti obstructive sleep apnea (OSA).
OSA adalah gangguan tidur yang ditandai dengan henti napas atau napas dangkal berulang kali selama tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk rasa kantuk berlebihan di siang hari, gangguan konsentrasi, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan bahkan stroke. Diagnosis OSA biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan polisomnografi, yang memantau aktivitas otak, gerakan mata, detak jantung, pernapasan, kadar oksigen dalam darah, dan aktivitas otot selama tidur.
Beberapa penyebab umum OSA meliputi:
- Kelainan struktur hidung, seperti septum yang bengkok atau pembengkakan jaringan hidung.
- Kelainan struktur mulut, seperti lidah yang besar, amandel yang membesar, atau langit-langit mulut yang kendur.
- Kelainan rahang, seperti rahang bawah yang kecil atau posisi rahang yang terlalu ke belakang.
- Faktor lain, seperti obesitas, usia lanjut, jenis kelamin pria, posisi tidur telentang, konsumsi alkohol, merokok, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Lantas, bagaimana dengan mouth taping? Apakah ada bukti ilmiah yang mendukung klaim manfaatnya?
Saat ini, bukti ilmiah mengenai manfaat mouth taping masih sangat terbatas. Beberapa penelitian kecil menunjukkan adanya sedikit perbaikan pada penderita OSA ringan, tetapi hasilnya tidak signifikan. Penelitian lain tidak menemukan manfaat sama sekali. Belum ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa mouth taping dapat mengubah struktur rahang atau wajah.
Klaim bahwa mouth taping dapat menghangatkan, menyaring, dan melembapkan udara yang masuk ke saluran pernapasan juga belum terbukti secara ilmiah. Sebuah penelitian terhadap penderita asma bahkan tidak menemukan adanya perbaikan klinis pada mereka yang menggunakan mouth taping.
Efek samping yang mungkin timbul akibat mouth taping meliputi:
- Kecemasan
- Ketidaknyamanan
- Kesulitan bernapas melalui hidung
- Iritasi kulit di sekitar mulut
- Nyeri saat melepas plester
- Kesulitan tidur
Beberapa penelitian bahkan memperingatkan adanya risiko kekurangan oksigen dalam darah, gangguan aliran oksigen ke jantung dan otak, serta mati lemas jika terjadi sumbatan hidung saat menggunakan mouth taping.
Karena kurangnya bukti ilmiah dan potensi risiko yang mungkin timbul, tidak ada organisasi medis yang merekomendasikan mouth taping saat ini. Para ahli lebih menekankan pentingnya diagnosis dan penanganan yang tepat untuk gangguan tidur seperti OSA, yang dapat mencakup penggunaan mesin CPAP, perubahan gaya hidup, atau pembedahan.
Oleh karena itu, sebelum mencoba mouth taping, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter, terutama jika Anda memiliki faktor risiko atau kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan OSA. Jangan terburu-buru mengikuti tren tanpa mempertimbangkan manfaat dan risiko yang mungkin timbul.