Rusun Tanah Abang: Hunian Vertikal Bersejarah di Lahan Eks-Makam yang Diprakarsai Soeharto
Rumah susun atau rusun, sebagai alternatif hunian selain rumah tapak, telah menjadi bagian dari lanskap perkotaan Indonesia selama beberapa dekade. Salah satu yang tertua dan memiliki nilai sejarah adalah Rumah Susun Tanah Abang, berlokasi strategis di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Didirikan pada tahun 1980 oleh Pemerintah DKI Jakarta dan mulai dihuni setahun kemudian, rusun ini merupakan proyek perumahan vertikal pertama di ibu kota. Menurut penuturan Ketua RW 10 Rusun Tanah Abang, Andi Awaludin, ide pembangunan rusun ini dicetuskan oleh Presiden Soeharto bersama Menteri Negara Perumahan Rakyat Cosmas Batubara pada periode 1978-1988. Inspirasi desainnya bahkan diambil dari Meksiko, setelah Cosmas Batubara diutus oleh Soeharto untuk melakukan studi banding.
Menariknya, lahan yang kini menjadi Rusun Tanah Abang dulunya merupakan tanah wakaf milik sebuah yayasan, yang sebagian besar merupakan area pemakaman warga Arab dan Melayu, serta sedikit lahan kosong. Untuk mewujudkan proyek rusun ini, pemerintah melakukan tukar guling (ruislag) dengan yayasan tersebut.
"Saat itu karena Pak Harto nggak ada lahan untuk membangun rusun ini akhirnya. Inilah Yayasan untuk tukar guling dalam hal ini pembangunan yayasan pendidikan sama bangunlah masjid di belakang buat tukar guling ini," ungkapnya.
Kini, setelah lebih dari empat dekade berdiri, Rusun Tanah Abang masih berdiri kokoh dan menjadi rumah bagi ratusan keluarga. Rusun ini terdiri dari 32 blok yang terbagi menjadi 2 RW, dengan total 960 kepala keluarga (KK). Setiap blok menampung 16 KK, dengan 4 KK di setiap lantai.
Komposisi penghuni rusun saat ini terdiri dari 60% penyewa dan 40% penghuni lama. Awalnya, hunian ini diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), termasuk anggota TNI dan guru. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pedagang dari berbagai daerah yang menyewa atau membeli unit rusun agar lebih dekat dengan tempat mereka berdagang di pusat kota, seperti Tanah Abang, Thamrin City, Senen, dan Cipulir.
"Penghuni lamanya itu udah pada kemana-kemana ya jadi rumahnya disewain sama kebanyakan di sini pedagang orang Padang sama Makassar itu yang dagang di Tanah Abang, di Thamrin City kadang ada di Senen kadang ada di Cipulir. Terus tinggalnya di sini karena aksesnya benar-benar di sini kan lebih gampang dan di tengah-tengah kota," ungkapnya.
Harga sewa unit rusun bervariasi, tergantung kondisi, berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 50 juta per tahun. Setiap unit memiliki luas sekitar 43 meter persegi, termasuk toilet, kamar mandi, dan dapur. Unit dengan ukuran 6 x 6 meter biasanya terdiri dari 2 kamar tidur dan ruang tamu.
Fasilitas umum yang tersedia bagi warga rusun meliputi lapangan voli, basket, bulutangkis, serta area parkir yang terletak di bagian depan dan samping bangunan.