Program Makan Bergizi Gratis Minim Kasus Intoleransi Laktosa, BGN Angkat Bicara
Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan hasil pemantauan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan sejak awal Januari 2025. Berdasarkan data yang dikumpulkan, BGN menyatakan bahwa kejadian intoleransi laktosa hampir tidak ditemukan di antara peserta program.
Pernyataan ini disampaikan oleh Epi Taufik, seorang ahli gizi dari IPB yang juga merupakan bagian dari Tim Pakar Bidang Susu BGN. Dalam sebuah diskusi yang dipublikasikan melalui kanal YouTube BGN, Epi menjelaskan bahwa dari pengalaman implementasi MBG, termasuk uji coba awal di Warungkiara, Sukabumi, tidak ada laporan signifikan mengenai kasus intoleransi laktosa.
Epi menambahkan, jika ada keluhan gejala ringan, biasanya bersifat sementara dan dapat diatasi dengan adaptasi bertahap terhadap konsumsi susu. Menurutnya, tubuh manusia secara alami sudah terpapar laktosa sejak lahir melalui Air Susu Ibu (ASI) yang memiliki kadar laktosa lebih tinggi daripada susu sapi. Oleh karena itu, kemampuan mencerna laktosa seharusnya sudah ada sejak dini. Masalah intoleransi laktosa seringkali muncul pada orang dewasa yang jarang mengonsumsi produk susu.
Lebih lanjut, Epi mengutip data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang menunjukkan bahwa sebagian besar kasus intoleransi laktosa terjadi pada kelompok usia 20 hingga 50 tahun, terutama pada individu yang tidak terbiasa mengonsumsi susu. Hal ini memperkuat argumen bahwa intoleransi laktosa lebih disebabkan oleh kurangnya paparan laktosa dalam jangka waktu lama daripada masalah bawaan.
Epi menegaskan bahwa intoleransi laktosa bukanlah penyakit, melainkan kondisi hilangnya enzim laktase akibat jarang mengonsumsi produk susu. Ia menjelaskan tiga jenis intoleransi laktosa:
- Primer: Terjadi karena individu berhenti mengonsumsi susu.
- Sekunder: Disebabkan oleh infeksi atau penyakit lain.
- Kongenital: Kelainan genetik langka yang menyebabkan tubuh tidak memproduksi enzim laktase sama sekali.
Epi menyimpulkan bahwa dengan membiasakan tubuh secara bertahap mengonsumsi susu, produksi enzim laktase dapat diaktifkan kembali, kecuali pada kasus intoleransi laktosa kongenital yang bersifat permanen.