Malioboro Kurang Bergairah di Libur Idul Adha: Keluhan Kusir Andong dan Pedagang Terungkap
Libur Idul Adha Tak Sesuai Harapan di Malioboro
Kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, nampak tak seramai yang diharapkan selama libur panjang Idul Adha. Beberapa pelaku usaha di kawasan tersebut mengungkapkan kekecewaan mereka atas kondisi ini. Para kusir andong dan pedagang yang biasanya meraup untung besar saat musim liburan, kali ini harus menghadapi kenyataan bahwa jumlah pengunjung tak seramai perkiraan.
Muhammad Arifin, seorang kusir andong berusia 28 tahun, menuturkan bahwa pendapatannya selama libur Idul Adha justru menurun jika dibandingkan dengan libur panjang sebelumnya, seperti yang terjadi pada bulan Mei lalu. "Bisa dibilang datar saja, tidak ada peningkatan yang signifikan. Puncaknya memang di hari Minggu, tapi hari Jumat dan Sabtu situasinya biasa saja, tidak terlalu ramai. Libur panjang sebelumnya justru lebih baik," ungkap Arifin.
Ia menduga, penurunan jumlah wisatawan ini disebabkan oleh preferensi masyarakat yang lebih memilih untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga di rumah. Menurutnya, peningkatan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta biasanya lebih terasa saat libur Idul Fitri atau libur sekolah. Pada momen-momen tersebut, Arifin mengaku seringkali kewalahan melayani banyaknya penumpang andong. "Sangat berbeda situasinya. Memang ada tamu, tapi tidak sebanyak liburan-liburan sebelumnya. Bahkan, libur kali ini terasa sepi," keluhnya. Arifin juga menambahkan bahwa kemungkinan daya beli masyarakat yang menurun juga turut mempengaruhi sepinya penumpang andong.
Selama akhir pekan kemarin, Arifin sempat mengangkut wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Jawa Tengah, meskipun jumlahnya tidak banyak. "Kebanyakan memang dari Jawa Tengah, yang dari Jakarta hanya satu rombongan. Biasanya, pelanggan dari Jakarta cukup banyak," ujarnya.
Bambang, seorang pedagang di Teras Malioboro Ketandan, juga merasakan dampak yang serupa. Ia mengakui bahwa ada peningkatan jumlah pengunjung selama libur Idul Adha, namun kenaikannya tidak terlalu signifikan. "Jika dibandingkan dengan hari biasa, memang ada peningkatan. Lumayanlah untuk libur Idul Adha ini, tapi tetap lebih ramai saat Idul Fitri. Hampir sama seperti akhir pekan biasa," katanya.
Omzet penjualan Bambang juga tidak mengalami lonjakan yang berarti. Kenaikan yang ia rasakan tidak sampai 50 persen dibandingkan dengan hari biasa. "Tidak sampai segitu (50 persen), peningkatannya tidak terlalu besar," jelas Bambang. Ia mencontohkan, pada saat Idul Adha, omzet hariannya bisa mencapai Rp 500.000, sedangkan pada hari biasa hanya berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000.