Kiat Sukses Bekerja di Sektor Pertanian Jepang: Panduan dari Praktisi Indonesia

Meraih Peluang Kerja di Negeri Sakura: Tips Ampuh dari Petani Indonesia di Jepang

Bekerja di Jepang, khususnya di sektor pertanian, menjadi impian banyak orang Indonesia. Lina Rokayah, seorang petani sukses yang telah berkiprah di Jepang selama lebih dari dua dekade, berbagi pengalaman berharga untuk membantu para calon pekerja mewujudkan impian tersebut. Pemilik Matsubara Farm di Prefektur Toyama ini, kerap terlibat langsung dalam proses seleksi pekerja asal Indonesia, memberikan wawasan mendalam tentang apa yang dicari oleh perusahaan pertanian Jepang.

Menurut Teh Rina, sapaan akrabnya, ada empat aspek utama yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan secara matang oleh para pelamar program Tokutei Ginou (Specified Skilled Worker/SSW) maupun program magang (Ginou Jisshu). Persiapan yang komprehensif akan meningkatkan peluang untuk lolos seleksi dan sukses berkarier di bidang pertanian di Jepang.

1. Kemahiran Bahasa Jepang adalah Kunci Utama

Teh Rina menekankan pentingnya penguasaan Bahasa Jepang minimal pada level N4 atau JFT A2. Kemampuan berbahasa Jepang yang memadai akan mempermudah komunikasi dan pemahaman instruksi kerja di lapangan. "Semua arahan kerja di Matsubara Farm disampaikan dalam Bahasa Jepang, bahkan saat berada di ladang," tegasnya. Pekerja yang kurang mahir berbahasa Jepang akan kesulitan memahami instruksi, yang berpotensi menyebabkan kesalahan dalam pekerjaan. Bahasa Jepang bukan hanya sekedar nilai akademis, tapi menjadi modal penting untuk berinteraksi sehari-hari.

2. Asah Kemampuan Komunikasi untuk Wawancara Kerja

Lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini menyarankan agar para calon pekerja melatih kemampuan komunikasi, khususnya untuk menghadapi wawancara kerja. Kelancaran berkomunikasi menjadi salah satu poin penting yang dinilai dalam proses seleksi. Persiapkan diri dengan memahami pola pertanyaan yang umum diajukan dan berlatih memberikan jawaban yang jelas dan lugas. Kemampuan berkomunikasi yang baik mencerminkan kesiapan mental dan kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja yang baru.

3. Fisik yang Prima Menunjang Produktivitas

Sektor pertanian menuntut kondisi fisik yang prima. Para calon pekerja diharapkan memiliki stamina dan daya tahan yang baik untuk menghadapi pekerjaan yang seringkali membutuhkan aktivitas fisik yang berat. Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) biasanya memberikan pelatihan fisik untuk mempersiapkan calon pekerja, seperti latihan lari dan push-up. Kesiapan fisik yang baik tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengurangi risiko cedera saat bekerja.

4. Pengalaman Praktik Pertanian di Indonesia adalah Nilai Tambah

Teh Rina mengungkapkan bahwa pengalaman praktik pertanian, meskipun sederhana, menjadi nilai tambah yang signifikan. Calon pekerja yang memiliki pemahaman tentang alur kerja di sektor pertanian, mulai dari pembibitan hingga perawatan tanaman, akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja di Jepang. Pengalaman ini menunjukkan keseriusan dan minat yang mendalam terhadap bidang pertanian. Bahkan, meskipun latar belakang pertanian yang dimiliki berbeda, kemampuan menjelaskan sistem pertanian dengan baik akan menjadi poin plus di mata pewawancara. Bagian ini menunjukan bahwa calon pekerja memiliki ketertarikan yang serius dengan bidang pertanian.

Dengan persiapan yang matang di keempat aspek tersebut, peluang untuk meraih sukses dalam bekerja di sektor pertanian Jepang akan semakin besar.