Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis: Pelengkap Kalsium dan Vitamin D yang Krusial

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digodok pemerintah, meskipun telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, tetap membutuhkan kehadiran susu sebagai komponen penting. Badan Gizi Nasional (BGN) menekankan bahwa susu berperan krusial dalam melengkapi asupan kalsium dan vitamin D yang seringkali tidak mencukupi hanya dari makanan padat.

Prof. Epi Taufik, Guru Besar IPB yang juga tergabung dalam Tim Pakar Bidang Susu BGN, mengungkapkan bahwa hasil uji coba program MBG di Warungkiara, Sukabumi, menunjukkan fakta menarik. Studi yang dilakukan sebelum Pemilu 2024 itu menemukan bahwa sekitar 60 persen dari 3.000 siswa SD hingga SMA di wilayah tersebut tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi susu secara rutin.

"Data awal menunjukkan bahwa mayoritas siswa belum terbiasa minum susu. Ini menjadi perhatian karena kalsium dan vitamin D sangat penting untuk pertumbuhan," ujar Prof. Epi.

Namun, setelah diikutsertakan dalam program MBG yang menyertakan susu, para siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi. Bahkan, ketika susu disajikan melalui dispenser, banyak siswa yang meminta tambahan hingga tiga kali. Hal ini mendorong penyelenggara untuk beralih menggunakan susu kemasan kotak agar distribusi lebih merata dan terkontrol.

Prof. Epi menjelaskan bahwa susu memiliki keunggulan tersendiri karena bentuknya yang cair sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, susu merupakan sumber kalsium dan vitamin D yang sangat baik, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kebutuhan kalsium yang terpenuhi, dapat mencegah stunting pada anak.

"Dari makanan, kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat mungkin sudah terpenuhi. Namun, asupan kalsium seringkali masih kurang. Angka kecukupan gizi kalsium dari makanan saja hanya sekitar 12 persen," paparnya.

Lebih lanjut, Prof. Epi menyoroti pentingnya asupan kalsium dan vitamin D yang memadai bagi anak-anak usia 9 hingga 13 tahun. Pada usia ini, anak-anak memasuki fase puncak pertumbuhan kedua, di mana kebutuhan akan kedua nutrisi tersebut meningkat pesat untuk mendukung pertumbuhan tinggi badan yang optimal dan mencegah risiko stunting.

"Susu kaya akan kalsium, vitamin D, serta vitamin B kompleks yang penting untuk fungsi saraf yang sehat," imbuhnya.

Menanggapi kekhawatiran mengenai intoleransi laktosa, Prof. Epi menegaskan bahwa selama uji coba program MBG di Sukabumi, tidak ditemukan kasus intoleransi laktosa yang signifikan. Bahkan, siswa diberikan susu hingga 200 ml setiap hari tanpa menimbulkan masalah pencernaan.

"Kami belum menemukan kasus diare atau sakit perut akibat konsumsi susu selama program berlangsung. Jika ada yang sensitif terhadap laktosa, kandungan laktosa di bawah 12 gram umumnya masih aman dikonsumsi," pungkasnya.