Jokowi Lebih Condong ke PSI, PPP Gigit Jari: Sinyal Politik Pasca-Lengser?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal preferensi politiknya pasca-purna tugas dengan menyatakan ketertarikannya pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pernyataan ini muncul setelah adanya wacana pencalonan dirinya sebagai ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Muktamar PPP 2025 mendatang. Jokowi secara tegas menolak tawaran tersebut, dengan menyebutkan bahwa banyak kader internal PPP yang lebih kompeten untuk memimpin partai berlambang Ka'bah tersebut.

Sinyal ketertarikan Jokowi pada PSI disambut antusias oleh Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman. Andy menyatakan bahwa seluruh kader dan pengurus PSI siap menerima Jokowi jika yang bersangkutan memutuskan untuk bergabung. Ia bahkan menyebut PSI sebagai "rumah Jokowi" dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi mantan Wali Kota Solo itu. Kedekatan Jokowi dengan PSI bukan hal baru. Sejak awal pendiriannya, PSI memang didedikasikan untuk mendukung Jokowi dan melanjutkan visi-misinya dalam membangun Indonesia.

Pernyataan Jokowi ini menjadi pukulan telak bagi PPP. Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan, secara terbuka menyatakan harapannya agar Jokowi bersedia memimpin PPP. Irfan bahkan meyakini bahwa kehadiran Jokowi sebagai ketua umum dapat mengembalikan PPP ke DPR pada Pemilu 2029. Irfan Pulungan melihat pengalaman politik dan pemerintahan Jokowi sebagai modal penting untuk memimpin PPP. Ia juga menilai Jokowi memahami sejarah dan perkembangan PPP, sehingga dinilai sebagai sosok yang tepat untuk memimpin partai tersebut.

Namun, harapan elite PPP tersebut tampaknya pupus dengan pernyataan Jokowi yang lebih memilih PSI. Pernyataan ini memunculkan spekulasi tentang arah politik Jokowi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Apakah Jokowi akan benar-benar bergabung dengan PSI? Atau apakah ini hanya sinyal dukungan politik dari seorang tokoh yang masih memiliki pengaruh besar di kancah perpolitikan nasional? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.

Berikut poin-poin penting dalam berita ini:

  • Jokowi menolak tawaran menjadi ketua umum PPP.
  • Jokowi memberikan sinyal ketertarikan pada PSI.
  • PSI menyambut baik sinyal dari Jokowi.
  • Elite PPP sebelumnya berharap Jokowi bersedia memimpin partai.
  • Pernyataan Jokowi memunculkan spekulasi tentang arah politiknya pasca-purna tugas.