Mukjizat di Tengah Abu: Musala Baiturrahman Tetap Berdiri Pasca Kebakaran Dahsyat di Jakarta Utara
Di tengah puing-puing dan sisa abu yang menghitam, sebuah bangunan kecil namun kokoh berdiri tegak di Penjaringan, Jakarta Utara. Musala Baiturrahman, namanya, menjadi saksi bisu dari kebakaran hebat yang melanda kawasan padat penduduk tersebut pada akhir pekan lalu. Sementara bangunan-bangunan di sekitarnya rata dengan tanah, musala ini seolah dilindungi oleh kekuatan yang tak kasat mata.
Bekas jilatan api terlihat samar di dinding-dindingnya, namun secara ajaib, struktur utama musala tetap utuh. Setelah dibersihkan, tempat ibadah sederhana ini masih dapat digunakan oleh warga untuk beribadah dan mencari ketenangan di tengah duka.
Hamdi Barno, pengurus Musala Baiturrahman, dengan suara lirih menceritakan detik-detik mencekam saat kebakaran terjadi. "Kejadiannya pas salat Jumat. Tengah-tengah salat, tiba-tiba ibu-ibu teriak dari luar, katanya api sudah di atas," ujarnya, mengenang kepanikan yang melanda saat itu. Warga yang sedang bersiap menunaikan salat Jumat di Masjid Al-Hidayah, yang terletak tak jauh dari musala, terpaksa membubarkan diri.
Api dengan cepat merambat, didorong oleh angin dan diperparah oleh ledakan-ledakan yang diduga berasal dari tabung gas. Kepanikan meluas, dan warga berusaha menyelamatkan diri dan harta benda seadanya.
"Bukan karena tidak mau bantu padamkan api, tapi semua warga sibuk selamatkan barang masing-masing. Tapi ya semua hangus juga akhirnya," kata Hamdi dengan nada sedih.
Tak hanya rumah-rumah warga, Madrasah yang terletak di belakang musala pun ikut menjadi korban amukan si jago merah. Buku-buku, komputer, dan perlengkapan belajar lainnya ludes terbakar.
"Termasuk kitab-kitab dan komputer madrasah. Nggak ada yang sempat diselamatkan," ungkapnya.
Hamdi mengaku takjub dengan kuasa Tuhan yang memungkinkan bangunan inti musala tetap berdiri kokoh. Meskipun bagian depannya hangus dan beberapa sisi menghitam akibat panas api, Musala Baiturrahman masih dapat digunakan untuk beribadah.
"Mungkin karena ini rumah Allah, ya. Sedekah orang banyak juga di sini. Jadi masih dijaga. Masih bisa buat tempat berlindung, tempat salat," tuturnya.
Musala ini telah berdiri selama lebih dari dua dekade, dan dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami perbaikan yang signifikan. Keberadaannya sangat penting bagi warga sekitar sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan komunitas.
"Di sini udah tiga kali kebakaran terjadi selama saya tinggal di sini. Tapi yang kemarin itu paling besar," ucapnya.
Kini, di tengah reruntuhan, Musala Baiturrahman menjadi simbol ketabahan, harapan, dan kebangkitan. Di sinilah warga kembali berkumpul, memanjatkan doa-doa setelah musibah, berharap akan ada pemulihan dan pembangunan kembali. Bantuan pun mulai berdatangan.
"Kemarin ada dari Muhammadiyah datang ke sini, semoga ada bisa bantu-bantu perbaiki ini," pungkasnya.
Menurut data dari Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara, luas area yang terbakar mencapai sekitar 3 hektare. Kebakaran yang melanda permukiman padat penduduk di Kapuk Muara ini menghancurkan sekitar 450 rumah dan berdampak pada 750 kepala keluarga. Kerugian materiel diperkirakan mencapai sekitar Rp 8 miliar.