Pertamina Perluas Inisiatif Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Minyak Jelantah ke Berbagai Kilang

PT Pertamina (Persero) semakin gencar dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang berkelanjutan dengan memperluas proyek produksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) dari minyak jelantah atau used cooking oil (UCO). Inisiatif yang dikenal dengan nama Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) ini, yang telah sukses diimplementasikan di Kilang Cilacap, kini akan direplikasi di Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman, menyatakan bahwa pengembangan USAF merupakan wujud komitmen Pertamina dalam menciptakan sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, tetapi juga untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi energi global.

Pengembangan SAF oleh Pertamina sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2020, dengan produksi Bioavtur J2.4 yang berasal dari palm kernel oil di Kilang Cilacap. Produk ini telah melalui serangkaian uji coba, termasuk penerbangan uji coba dengan pesawat CN-235 pada tahun 2021 dan penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo pada tahun 2023. Keberhasilan uji coba ini membuktikan bahwa bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi sekadar konsep, tetapi telah menjadi realitas yang dapat diimplementasikan.

Untuk mendukung pengembangan SAF, Pertamina telah melakukan berbagai upaya, termasuk pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, produksi katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, serta sertifikasi sustainability ISCC EU dan CORSIA. PT KPI juga telah melaksanakan penggantian katalis USAF di RU IV, yang menandai kesiapan uji komersial produksi SAF bersertifikasi dari minyak jelantah pada awal kuartal ketiga tahun 2025.

Taufik menambahkan bahwa proyek USAF merupakan bagian dari rancangan ekosistem circular SAF. Pada tahun 2028, Pertamina menargetkan untuk mengoperasikan startup Green Refinery Project di Cilacap dengan kapasitas 6 MBSD, yang akan mengolah berbagai feedstock seperti UCO dan POME. Hal ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau di Indonesia.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, mengungkapkan bahwa program kerja sama anak perusahaan Pertamina ini sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto terkait kemandirian energi. Untuk mendukung program ini, PT Pertamina Patra Niaga telah menyiapkan alat pengumpul UCO di 10 SPBU yang tersebar di Jakarta, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengembangan USAF.

“Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” ucap Mars Ega.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menekankan bahwa proyek USAF merupakan jawaban atas tantangan global untuk menjamin ketahanan energi, keterjangkauan harga, dan keberlanjutan lingkungan. Ia berharap agar proyek ini tidak hanya menjadi seremonial, tetapi dapat terimplementasi dengan baik dan berkelanjutan.

“Ini adalah prestasi yang sudah diukir Pertamina, kita harus wujudkan sampai terimplementasi dengan baik. Kita juga harus saling berkolaborasi satu sama lain, agar Pertamina terus menjadi yang terdepan dalam menyediakan energi yang baik bagi negeri ini,” tutur Simon.

Simon menambahkan bahwa SAF bukan hanya sekadar proyek, tetapi merupakan misi besar untuk membangun ekosistem pengolahan energi baru yang ramah lingkungan.