Konsumsi Protein Hewani di Indonesia: Tantangan dan Solusi Melalui Program Makan Bergizi Gratis

Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, terutama terkait konsumsi protein hewani. Badan Gizi Nasional (BGN) menyoroti bahwa tingkat konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia.

Guru Besar IPB, Epi Taufik, yang juga merupakan Tim Pakar Bidang Susu BGN, mengungkapkan bahwa konsumsi susu di Indonesia baru mencapai sekitar 16 kilogram per kapita per tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi susu terendah di Asia, bahkan di bawah Thailand yang telah memiliki program susu sekolah sejak tahun 1992.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah meluncurkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memasukkan susu sebagai salah satu komponen penting, selain telur dan daging ayam. Program ini diharapkan dapat meningkatkan asupan protein hewani masyarakat, terutama bagi anak-anak.

Menurut Epi Taufik, susu bukan hanya pelengkap, tetapi merupakan bagian integral dari intervensi gizi nasional. Pemerintah telah menghitung kebutuhan susu untuk program MBG, yaitu 115 ml untuk siswa TK dan SD, serta 125 ml untuk siswa SMP dan SMA, dengan minimal 20 persen kandungan susu segar dalam negeri. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor susu dan mendorong produksi susu segar dalam negeri.

Sebelum program MBG dijalankan, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan nasional. Sisanya dipenuhi melalui impor susu bubuk yang diolah ulang. Pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa program MBG tidak hanya meningkatkan gizi masyarakat, tetapi juga mendukung peternak lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.

BGN telah menyusun strategi untuk menjadikan MBG sebagai pasar yang stabil dan tidak mengganggu pasar komersial yang sudah ada. Saat ini, program MBG baru berjalan melalui sekitar 1.500 dapur dari target 33.000 dapur. Pemerintah secara bertahap akan meningkatkan jumlah dapur untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Sebagai perbandingan, Thailand menyerap hingga 40 persen produksi susunya untuk program susu sekolah, sementara 60 persen sisanya disalurkan ke pasar komersial. Pemerintah Indonesia berupaya untuk mencapai keseimbangan yang serupa, sehingga program MBG dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan peternak lokal.

Untuk mendukung program ini dalam jangka panjang, Kementerian Pertanian tengah menyiapkan pengadaan 1 juta sapi perah dalam lima tahun ke depan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan memenuhi kebutuhan program MBG.

Epi Taufik menekankan bahwa pemerintah akan terus menyesuaikan program MBG agar tidak mengganggu pasar yang sudah ada. Program ini merupakan pasar baru yang stabil, di mana negara secara rutin membeli susu dari peternak lokal.