Program Makan Bergizi Gratis: Katalisator Investasi di Sektor Pangan dan Peternakan Nasional

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah Indonesia bukan hanya sekadar solusi untuk mengatasi masalah gizi anak bangsa, tetapi juga diproyeksikan menjadi magnet baru bagi investasi di sektor pangan dan peternakan. Badan Gizi Nasional (BGN) melihat MBG sebagai captive market yang menjanjikan, membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya.

"Ini adalah wujud nyata dana dari rakyat yang kembali kepada rakyat," ujar Epi Taufik, Guru Besar IPB yang juga merupakan Tim Pakar Bidang Susu BGN. Dalam acara BGN Talks, Epi menjelaskan bahwa MBG akan menciptakan pasar yang stabil dan terjamin, di mana negara secara rutin membeli bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan program.

Dengan estimasi 30.000 dapur MBG beroperasi di seluruh Indonesia, permintaan terhadap produk peternakan diperkirakan akan melonjak signifikan. Setiap dapur diperkirakan membutuhkan sekitar:

  • 300 kilogram daging ayam
  • 3.000 butir telur
  • 400 liter susu per hari

"Bahkan dengan hanya 10.000 dapur yang beroperasi, produksi nasional saat ini mungkin belum mencukupi. Tidak ada satu perusahaan pun yang mampu memenuhi kebutuhan sebesar itu sendirian," kata Epi.

Kondisi ini mendorong peternak lokal dan industri pangan untuk meningkatkan kapasitas produksi. MBG berpotensi menjadi insentif bagi investor untuk menanamkan modal di sektor peternakan dan susu. Epi menambahkan, "Dulu mencari investor sangat sulit, sekarang sudah jelas ada pembeli setiap hari. Inilah yang oleh Kepala BGN disebut sebagai new emerging market."

Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor susu sekitar 3,7 juta ton per tahun. Angka ini berpotensi meningkat menjadi lebih dari 8 juta ton seiring dengan perluasan program MBG. Namun, visi jangka panjangnya adalah untuk mengurangi ketergantungan impor dan mencapai swasembada pangan.

"Negara tidak ingin selamanya bergantung pada impor. Program ini justru menjadi stimulus bagi peternak untuk menambah jumlah sapi, membuka peternakan baru, dan meningkatkan kapasitas produksi mereka," tegas Epi.

Lebih lanjut, Epi menjelaskan bahwa MBG juga merupakan strategi nasional untuk mengantisipasi krisis di masa depan. Ketahanan suatu negara sangat bergantung pada ketersediaan pangan dan energi, terutama dalam situasi darurat seperti perang atau pandemi.

"Saat Covid-19, semua negara menahan cadangan pangan mereka. Kita kesulitan untuk membeli. Jika kita memiliki produksi sendiri, kita akan lebih mampu bertahan. MBG adalah salah satu langkah menuju swasembada pangan," pungkasnya.