Ritual Lempar Jumrah: Jutaan Kerikil dan Makna di Balik Simbolisasi Perlawanan Terhadap Godaan

Ibadah haji melibatkan serangkaian ritual penting, salah satunya adalah lempar jumrah yang dilaksanakan pada 10 Zulhijah dan hari-hari Tasyrik. Ritual ini mengharuskan setiap jemaah untuk melempar puluhan kerikil, yang jika ditotal dari seluruh jemaah haji sedunia, jumlahnya mencapai ratusan juta butir. Pertanyaannya, dari mana asal kerikil tersebut dan apa makna di balik ritual ini?

Asal Mula dan Makna Lempar Jumrah

Lempar jumrah merupakan simbolisasi dari penolakan terhadap godaan setan, merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS yang diuji keimanannya. Menurut kitab Fiqh Sunnah, saat Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan ibadah haji, ia diganggu oleh iblis di tempat-tempat ibadah. Sebagai bentuk perlawanan, Nabi Ibrahim AS melempari iblis dengan kerikil. Kisah ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, di mana Rasulullah SAW bersabda tentang bagaimana Ibrahim AS berulang kali dilempari iblis dengan batu saat mengunjungi tempat-tempat ibadah haji.

"Ketika Ibrahim AS mendatangi tempat-tempat ibadah haji, setan menghadangnya di jumrah Aqabah, Ibrahim lantas melemparinya dengan tujuh kerikil hingga membuatnya jatuh terkapar di atas bumi. Di jumrah kedua (Wustha), setan menghadang Ibrahim lagi, Ibrahim pun melemparinya dengan tujuh kerikil hingga membuatnya jatuh terkapar di atas bumi. Dan di jumrah ketiga (Sugra) setan menghadang Ibrahim lagi, maka Ibrahim melemparinya dengan tujuh kerikil hingga membuatnya jatuh terkapar di atas bumi."

Ibnu Abbas RA melanjutkan, "Kalian melempari setan dan mengikuti jejak bapak kalian (Ibrahim)."

Jumlah Kerikil yang Dibutuhkan

Jumlah kerikil yang dibutuhkan setiap jemaah haji bergantung pada pilihan nafar, yaitu nafar awal atau nafar tsani. Nafar awal berarti jemaah meninggalkan Mina pada 12 Zulhijah, sementara nafar tsani berarti jemaah meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah.

Menurut Buku Manasik Haji Kementerian Agama, setiap jemaah akan melempar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijah, kemudian melempar jumrah Ula (Sugra), Wustha, dan Aqabah (Kubra) pada hari-hari Tasyrik. Setiap lemparan jumrah membutuhkan 7 butir kerikil.

Berikut rincian jumlah kerikil yang dibutuhkan:

  • Nafar Awal: 49 butir kerikil (7 butir pada 10 Zulhijah dan 21 butir pada 11 dan 12 Zulhijah).
  • Nafar Tsani: 70 butir kerikil (7 butir pada 10 Zulhijah dan 21 butir pada 11, 12, dan 13 Zulhijah).

Dengan total jemaah haji tahun 2025 mencapai 1.673.230 orang, maka diperkirakan jumlah kerikil yang digunakan mencapai 80 hingga 100 juta butir. Perhitungan ini didasarkan pada asumsi bahwa seluruh jemaah melaksanakan lempar jumrah, tanpa memperhitungkan data jemaah yang wafat.

Kemana Kerikil Bekas Lempar Jumrah Pergi?

Banyak yang bertanya-tanya ke mana perginya jutaan kerikil bekas lempar jumrah. Ternyata, kerikil-kerikil tersebut tidak hilang begitu saja. Menurut Ahmed Al Subhi dari Kidana Development Company, kerikil bekas lempar jumrah jatuh ke ruang bawah tanah sedalam 15 meter di area jamarat. Di sana, kerikil-kerikil tersebut dikumpulkan menggunakan sabuk pengangkut, dibersihkan, dan disimpan untuk digunakan kembali pada musim haji berikutnya.